Nasional

Temui Warga Wadas, Katib Aam PBNU: Harus Bersatu dan Rukun

Senin, 14 Februari 2022 | 15:15 WIB

Temui Warga Wadas, Katib Aam PBNU: Harus Bersatu dan Rukun

Katib Aam​​​​​​​ PBNU KH Akhmad Said Asrori bersilaturrahim ke Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. (Foto: NU Online/Naufa)

Purworejo, NU Online
Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori bersilaturrahim ke Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Ahad (13/2/2022) sore. Dalam pertemuan yang digelar di Masjid Nurul Huda itu, Kiai Said mengajak warga untuk menjaga persatuan, kerukunan, tetap tenang dan tidak takut pada sesama manusia.

 

“Takutnya hanya kepada Allah. Jangan takut pada manusia. Sana makan nasi ya sini makan nasi. Yang kita takutkan hanya Allah Swt. Nanti kalau ada apa-apa, Anda Insyaallah dijaga Allah. Wasilah Allah dalam menjaga, dijaga dengan Banser dan lain-lain,” tuturnya.

 

Ia mengatakan, tujuan kedatangannya adalah untuk bersilaturrahim, mendengar langsung dari warga apa yang sebenarnya terjadi, serta istighosah bersama warga untuk untuk memohon pertolongan kepada Allah. Dalam pertemuan tersebut Kiai Said juga berpesan agar warga bisa menjaga empat hal.

 

“Semua perkara, semua masalah, tak ada yang kita keluhkan, tak ada yang kita mintai tolong kecuali kepada Allah Swt,” ujar Pengasuh Pesantren Raudhatut Thullab Magelang itu.

 

Pertama, menjaga akidah. Dikatakan, Allah Swt menurunkan syariat kepada Nabi Muhammad Saw ada maksud dan tujuannya, hal itu dikenal dengan maqashidusy syariah. Di antaranya adalah hifdhud dien, menjaga agama, menjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah.

 

“Ada masalah apa saja, apa itu yang menjadikan senang atau susah, kaya atau miskin, nyaman atau sulit, tak boleh menjadikan hilangnya akidah; tak boleh menjadikan lepasnya akidah, akidatul Islam ala ahlissunnah wal Jamaah. Sebab ini kunci,” terangnya.

 

Kedua, hifdhun nafs, menjaga diri. Diri sendiri, kata Kiai Said, harus dijaga. Maka kalau ada orang datang ke Wadas dan mau menyikiti, tentu saja warga harus menjaga diri dengan segala cara. “Hifdzun nafsi, menjaga diri, dari sesuatu yang menyebabkan rusaknya badan” tuturnya, seraya menambahkan untuk menjaga keluarga serta ulamanya, hal itu pahalanya besar.


Ia pun menginstruksikan Banser untuk ikut menjaga Desa Wadas. “(Banser) Tidak boleh ingah-ingih, tidak boleh cemimas-cemimis, wajib jaga warga Wadas,” tandasnya, diikuti riuh tepuk tangan warga.

 

“Dijaga, hifdzun nafsi, menjaga diri, menjaga warga. Sakit hati saya kalau masyarakat Wadas sampai diintimidasi, diancam, sakit hati ini,” imbuhnya.

 

Ketiga, hifdhul maal, menjaga harta kekayaan. “Anda harus jaga betul, karena kekayaan itu menjadi hak Anda semua. Tidak boleh dirampas dengan semena-mena. Jika untuk kepentingan lebih baik, lebih banyak, dirembug dengan sebaik-baiknya,” tegas Kiai Said. Jika dengan cara kekerasan, menurutnya sudah tidak benar.

 

Keempat, persatuan. Ia meminta kepada semua warga Wadas, ada kejadian apa saja, jangan sampai menjadikan pecah dan cekcok. “Kalau ada provokator masuk, orang luar yang akan merusak, harus ditolak! Harus bersatu, harus rukun. Ini yang harus dipegangi. Sebab kalau tafarruq, pecah belah, itu menjadikan hilang kekuatan. Pecah belah itu menjadikan hidup yang tidak tenteram,” urainya.

 

“Saya atas nama Pengurus Besar Nahdlatil Ulama berpihak kepada Anda semua. Ada masalah harus dirembug yang sebaik-baiknya, tidak boleh dengan cara-cara kekerasan. Dunia sudah merdeka kok seperti ini. Indonesia ini sudah merdeka. Masa kemerdekaanya mau dicabut? Tidak boleh,” tegasnya.

 

Acara dilanjutkan dengan istighosah di serambi Nurul Huda yang dipimpin langsung oleh Kiai Said, diikuti oleh ratusan warga Wadas dan sejumlah aktivis.

 

Sikap Gubernur Jawa Tengah
Sebelumnya, di hari yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menyambangi Desa Wadas untuk berdialog. Dalam forum itu, warga Wadas terus mendesak agar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo segera mencabut Izin Penetapan Lokasi (IPL) yang digunakan sebagai bekal mengeruk kekayan batuan andesit di perut bumi Wadas.

 

Mukti, salah seorang perwakilan warga penolak penambangan mengungkapkan, penolakan masyarakat Desa Wadas terhadap penambangan adalah harga mati. Dengan alasan apa pun, imbuhnya, masyarakat tidak membuka pintu tawar menawar. “Menolak sampai kiamat,” tegas Mukti.

 

Menanggapai hal itu, Ganjar belum mengambil sikap terkait tuntutan warga, saat ini ia fokus pada hal prinsip: situasi kondusif dan kerukunan warga. Ia menyatakan bahwa soal IPL merupakan masalah teknis yang akan segera dievaluasi.

 

“Oh belum (pencabutan IPL), itu masalah teknis yang mau kita bicarakan. Jadi tidak sekadar kita bicara cabut atau tidak cabut (IPL) ya, tapi kita bicara teknis itu yang saya katakan akan kita evaluasi,” kata Ganjar saat ditanya awak media.

 

“Semua opsi (tambang) masih ada peluang, kenapa, karena teknisnya mesti kita bicarakan terlebih dahulu,” imbuhnya.

 

Terkait adanya berbagai opsi batuan andesit yang dapat ditambang oleh pemerintah selain di Desa Wadas, Ganjar mengatakan saat ini belum membicarakan masalah pilihan lain. Bahkan ia mengaku belum mengetahui ada alternatif lain selain di Desa Wadas.


 
“Saya belum tahu, karena pengusulnya juga bukan saya,” katanya.

  

Di Desa Wadas, Ganjar yang datang tanpa pengawalan disambut ratusan warga kontra di Masjid Jami’ Nurul Huda. Warga juga memberikan suguhan beragam hasil bumi asli tanah Wadas. Hal itu ditunjukan sebagai bukti Desa Wadas merupakan tanah subur yang selama ini menjadi penopang mata pencaharian warga.

 

Kontributor Ahmad Naufa
Editor: Aiz Luthfi