Riset BLAJ

Proses Pendidikan Nilai Masyarakat Adat Kampung Pulo, Garut

Jumat, 24 Desember 2021 | 08:00 WIB

Proses Pendidikan Nilai Masyarakat Adat Kampung Pulo, Garut

Rumah adat Kampung Pulo, Garut, Jawa Barat (Foto: kibrispdr)

Peneliti pada Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) mengungkapkan lingkungan atau tempat berlangsungnya proses pendidikan nilai pada masyarakat kampung adat Kampung Pulo meliputi pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masyarakat Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan.

 

"Dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan masyarakat, dan keamanan anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasbullah (2012) yang menyatakan anak akan melakukan pergaulan yang berlangsung secara informal baik dari tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa, para tokoh agama, dan sebaginya," ungkap peneliti dalam laporannya.

 

Selain itu disebutkan juga internalisasi nilai-nilai pendidikan agama dan keagamaan yang digunakan masyarakat adat Kampung Pulo menggunakan pendekatan psikologi anak. Yaitu, menggunakan metode pembiasaan, pengalaman langsung, keteladanan, dan kisah.

 

"Misalnya menjelaskan kepada anak tentang sejarah dan tujuan tawasulan, mauludan, ziarah hingga pemandian barang pusaka, anak-anak di langsung ikut berpartisiasi dalam kegiatan tersebut. Melalui teknik ini diharapkan nilai-nilai agama yang diyakini oleh masyarakat adat Kampung Pulo bisa menyatu dengan jiwa anak yang akan melanjutkan estafet perjuangan," lanjut peneliti.

 

Menurut hasil penelitian, hal ini dilakukan agar anak-anak di Kampung Pulo merasa tertarik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dan ikut serta meramaikan berbagai ritual yang dikemas dalam berbagai upacara. Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama yang ada di Kampung Pulo dalam tradisi pada awalnya bersifat absolut, karena masyarakat hidup di lingkungan yang mentradisi dari nenek moyang terdahulu.

 

Sementara itu, pendidikan Islam dengan menggunakan budaya sebagai media transformasi nilai, sangat diperlukan, dan sebagai bagian dari pembentukan jati diri Muslim lewat lingkungan dengan simbolsimbol edukatif religius yang dimilikinya misalnya melalui berbagai tradisi yang masih dilestarikan. Sbaliknya di dalam dakwah islamiah diperlukan campur tangan budaya agar lebih mudah diterima masyarakat di zaman modern ini.

 

Tahapan

Peneliti menemukan adanya beberapa tahapan yang dilakukan masyarakat Kampung Pulo dalam menginternalisasikan pendidikan nilai agama dan keagamaan. Pertama, tahap transformasi nilai. Dalam tahap ini, para orang tua menginformasikan nilai-nilai yang baik dan buruk anak-anaknya.

 

Tahap ini bersifat semata-mata hanya sebagai komunikasi teoritik dengan menggunakan bahasa verbal, seperti bercerita tentang silsilah mereka, beberapa tradisi yang masih dilaksanakan dan sebagainya. Pada tahap ini juga peserta didik belum dapat melakukan analisis terhadap informasi untuk dikaitkan dengan kenyataan empirik yang ada dalam masyarakat.


Kedua, tahap transaksi, adalah tahap pengenalan pendidikan nilai agama dan dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, yaitu interaksi antara anak dengan orang tuanya, yang bersifat interaksi timbal balik.

 

Apabila dalam tahap pertama masih dalam posisi komunikasi satu arah, maka dalam tahap kedua ini sudah dilakukan komunikasi dua arah. Tekanan dan komunikasi dua arah masih menitikberatkan kepada komunikasi fisik daripada komunikasi batin para orang tua mengajarkan nilai yang baik dan memberi contoh, kemudian anak-anak diminta untuk mencontoh.


Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori