Warta

Agus Sunyoto: Kita Perlu Kuasai Wacana Publik

Selasa, 27 Maret 2007 | 04:35 WIB

Malang, NU Online
Melemahnya kesadaran nasional saat ini adalah karena tidak adanya sistem pendidikan yang mandari dan memadai. Belanda telah pergi, tetapi sistemnya berjalan dengan lestari berupa lembaga pendidikan.

”Pendidikan kita mengajarkan bahwa modernitas yang dibawa Barat itu paling baik, karena itu harus meninggalkan tradisi dan budaya sendiri agar bisa maju. Cara berpikir yang diwariskan Belanda itu membuat kita menjadi inlander selamanya yang harus membebek pada mereka,” kata budayawan Agus Sunyoto kepada NU Online di Malang, Jawa Timur, Selasa (27/3).<>

Karena mental kebendaan atau kebaratan itu disosialisasi lewat sekolah, maka sebarannya sangat luas. Karena itu tandingannya harius dimulai dari sekolah. Seluruh teori, seluruh disiplin keilmuan yang ada harus dirombak. Kita harus punya geografi sendiri, biologi sendiri dan sejarah sendiri sesuai dengan perpektif keindonesiaan.

"Soal geografis misalnya murid tahunya penemu Amerika itu Columbus, padahal benua itu telah ribuan tahun dihuni oleh orang asli yang mereka sebut sebagai Indian. Demikian Australia mereka temukan, padahal jauh sebelumnya Majapahit telah singgah di benua itu, namun tidak menjajahnya melainkan bersahabat dengan penduduk lokal," kata Agus Sunyoto.

Dikatakan, hal tersebut membedakan cara pandang barat yang kolonial dan hegemonik dengan cara Timur Nusantara dan kulit berwarna yang kultural dan bersahabat. Maka perlu ada langkah penguasan wacana agar hegemoni Barat tidak berjalan terus-menerus.

“Langkah yang kami lakukan adalah mendirikan lembaga pendidikan pesantren global dengan membuat kurikulum dan silabus sendiri yang di dalamnya berupa teori materi dan menggunakan metodologi sendiri, sehingga tidak mengunakan metode kolonial yang dominatif. Dengan demikian lambat laun kita akan kuasasi wacana. Dengan penguasan wacana secara politik akan mudah dikuasai,” kata Agus Sunyoto.(nim)