Warta DISKUSI NU ONLINE

Islam itu Sunda, Sunda itu Islam

Kamis, 18 Januari 2007 | 12:19 WIB

Jakarta, NU Online
Kesenian-kesenian Sunda mempunyai keterikatan yang mendalam dengan Islam, khususnya dengan budaya pesantren. Hal itu mungkin karena kesenian-kesenian buhun tersebut telah dipengaruhi budaya pesantren. Atau bisa juga dibaca sebaliknya bahwa kesenian yang bernapaskan Islam itu telah dipengaruhi oleh budaya Sunda.

“Kesenian-kesenian tradisional Sunda yang masih tersisa di sekitar Tasikmalaya dan Ciamis seperti Pantun Beton, Calung Tarawangsa, Beluk, Terebang Gebes, Terebang Sejak, Genjring Ronyok dan Ronggeng Gunung mengingatkan kita akan hal itu,” kata penyair asal Tasikmalaya Acep Zamzam Noor saat berbicara pada Diskusi NU Online, di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (18/1).

<>

Masyarakat Sunda atau kebudayaan sunda sudah terbentuk jauh sebelum Islam masuk. Mayarakat sunda memeluk agama sendiri, juga sudah memiliki beragam jenis kesenian, termasuk sastra di dalamnya. Seorang dalang (juru pantun) di Sunda, misalnya, selalu mengawali pementasan dengan pembacaan rajah, semacam mantra untuk memohon restu dan keselamatan kepada para leluhur, batara-batari dan dewa-dewi.

Menurut Acep yang juga putra mantan Rais ‘Am PBNU KH Ilyas Ruchiyat,  setelah pengaruh Islam masuk, rajah atau mantra tersebut tidak dihilangkan namun permohonannya disampaikan juga kepada Allah SWT, Rasulullah, para wali, para ulama dan tokoh-tokoh setempat. Meskipun begitu, sesaji yang terdiri dari ubi-ubian, rupa-rupa kembang, rumput palias, minyak wangi, beras, telur, kopi, cerutu dan ayam saadi tetap harus dipenuhi sebagai syarat berlangsungnya pementasan.

Ada beberapa ritual yang harus dilewati seperti puasa dan tirakat ala Islam. Banyak yang percaya bahwa kesenian ini bisa mendatangkan mahluk gaib ketika pementasan berlangsung. Kesenian ini dipentaskan bukan semata untuk hiburan, tapi juga bisa menjadi terapi penyembuhan bagi orang sakit, bahkan bisa membawa keberuntungan jika dimainkan saat panen di sawah.

“Belakangan hal-hal yang berbau mistik tersebut dikurangi karena menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang semakin islami atau dalam bahasa pesantren disebut nyantri,” kata Acep.

Terebang Gebes adalah satu di antara beberapa jenis kesenian buhun yang masih hidup di kampung Cirangkong, sebelah barat daya Singaparna. Kesenian terebang ini meski sudah ada sejak dahulu kala, namun bisa dipastikan muncul setelah masyarakat Sunda memeluk Islam. Terebang adalah sejenis alat musik perkusi seperti halnya rebana, genjring atau bedug yang sangat identik dengan kesenian Islam. Di kawasan Priangan kesenian semacam ini banyak sekali jenisnya, yang umumnya berfungsi untuk mengiringi tembang atau shalawat.

Namun perkusi dari Cirangkong mempunyai keunikan tersendiri, selain terbuat dari kayu nangka yang sangat berat karena ketebalannya, kulitnya pun harus dari kulit kerbau yang belum disamak. Kesenian ini juga tak lepas dari hal-hal yang berbau mistik. Dulu kesenian terebang yang satu ini sangat digemari dan sering dijadikan arena adu kekuatan hingga tangan dan punggung para penabuhnya mengeluarkan darah.

Dikatakan Acep, beberpa orang yang mengasuh kelompok kesenian buhun di Cirangkong, kesenian terebang bisa hidup sampai sekarang karena masyarakat masih membutuhkan. Seperti juga kesenian-kesenian buhun lainnya yang masih bertahan, Terebang Gebes pun melakukan berbagai penyesuaian dengan kondisi lingkungan sekitar. Kini tak ada lagi sesaji atau  kemenyan yang dibakar menjelang pementasan, begitu juga atraksi adu kekuatan sampai mengeluarkan darah jarang sekali dilakukan.

Selain Terebang Gebes dan Beluk, di Carangkong masih hidup beberapa kesenian lain seperti Terebang Sejak, Rengkong, Debus dan juga Lais. “Hampir semua pendukung dari kelompok-kelompok kesenian ini adalah petani, yang sehari-harinya juga rajin mengikuti pengajian di mesjid,” katanya.

Keterkaitan berbagai kesenian Sunda dengan Islam sudah mempunyai sejarah panjang, termasuk juga dengan wayang (golek dan kulit) yang pada beberapa bagian lakon dan tokoh-tokohnya mengalami penyesuaian dengan kepercayaan Islam, bahkan menjadi media dakwah Islam. (nam)