Warta

Aplikasi Manajemen Modern Mendesak di NU

NU Online  ·  Kamis, 2 September 2004 | 09:17 WIB

Jakarta, NU Online
Banyaknya lembaga di dalam tubuh NU yang tidak aktif sebenarnya masalah umum dari Ormas. “Ini juga melanda organisasi profesi. Biasanya organisasi profesi sangat aktif ketika maju kongres atau konferensi, atau mereka biasanya lebih terpengaruh pada kejadian-kejadian nasional yang sifatnya strategis, jadi tidak terencana sebelumnya. Karena itulah, banyak diantara mereka yang aktif secara mendadak kalau ada peristiwa nasional.” ungkap Ketua PBNU Rozy Munir kepada NU Online kemarin.

Namun demikian, budaya tersebut tidak dapat terus dilanjutkan “Kalau di NU, ini organisasi yang sangat kohesif yang sangat kental suasana persahabatan dan persaudaraannya. Tetapi untuk ke depan, tidak bisa seperti ini. harus menggunakan manajemen modern,” tambahnya.

<>

Salah satu kunci utama manajemen modern adalah disiplin, dan kalau menyangkut masalah disiplin, NU masih menghadapi tantangan berat untuk mendisiplinkan organisasinya dan sampai saat ini disiplin bukan prioritas nomer satu.

Masalah lainnya adalah struktur organisasi yang  terlalu longgar dan overlapping antara lembaga yang satu dengan lainnya sehingga menyebabkan yang aktif hanya orang-orang itu saja dan yang lain hanya sebagai penggembira. “Kalau di NU aktif, maka ia diminta aktif terus dalam berbagai lini,” tandasnya.

Karena itulah mestinya dari awal, harus disusun job discription dan profesionalitas secara tegas. “Sekarang kan sering terjadi di jajaran NU yang banyak menyampaikan konsep dan ide justru itu yang diminta untuk mengerjakan. Nah ini menurut saya penyakit sehingga kalau dia terlalu kencang konsep-konsepnya maka ia langsung ditunjuk sebagai manajernya sehingga akan sulit membagi waktunya, karena di NU sebagian besar orang ke NU bukan sebagai pekerjaan utamanya,” tegasnya.

Seseorang aktif di NU karena ia senang, ia cinta, dan ia ingin mengabdi kepada masyarakat dan agama, “Tapi sebagai organisasi yang sudah bersifat global, tidak bisa seperti ini. kemasan-kemasan atau program-program yang fokus harus segera disampaikan kepada badan otonom, lembaga atau lajnah,” tambahnya.

Overlapping juga banyak terjadi di NU. Ketika satu badan membuat koperasi, yang lainnya ikut-ikutan. Ketika satu lembaga membuat usaha haji dan umroh, yang lainnya juga menangani. “Bahkan sampai sekolahan atau rumah sakit itu tidak fokus. Ada RS milik Cabang NU, ada milik Muslimat, atau bahkan ada milik perorangan NU,” tambahnya.

Kondisi ini menyebabkan roda organisasi kurang efisien. Sebagai contoh, jika bisa dikelola oleh satu jaringan dan badan rumah sakit, akan efisiendan lebih mudah untuk mendapatkan obat dengan harga murah.

Masalah piket di PBNU juga belum bisa berjalan dengan baik., misalnya siapa mengambil hari apa atau koordinasi antara syuriah dan tanfidyiyah juga belum baik.

“PBNU belum kondusif untuk kantor duduk bekerja menjalankan program. Lebih banyak untuk tukar informasi dan bahkan untuk kepentingan lainnya. Karena itulah, harus dibuat bagaimana kantor bisa untuk berkarya sesuai dengan tanggung jawabnya di NU,” tegasnya.(mkf)