Warta

Diperlukan Peta Dakwah Indonesia

Senin, 12 Februari 2007 | 13:48 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk menunjang keberhasilan dalam berdakwah, diperlukan adanya pemetaan yang bisa menggambarkan seluruh kondisi masyarakat Indonesia sehingga dapat diketahui apa yang harus dilakukan.

Wakil Rais Aam PBNU KH. Tolchah hasan dalam acara workshop dakwah LDNU di Jakarta, Senin (12/2), menuturkan bahwa ketika ia melakukan kunjungan ke Jerman, negara yang memiliki komunitas muslim sekitar 6 juta, mereka menunjukkan peta dakwah dan strategi yang akan dilakukan dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.

&<>;ldquo;Saat ini mereka sedang menggarap sentor industri dan dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, ditargetkan sudah ada seorang direktur perusahaan industri yang beragama Islam,” demikian tuturnya memberi contoh.

Perkembangan keilmuan Islam di sana, kata Kiai Tholchah juga dibidik. "Johan Meuleman, salah seorang intelektual muslim yang pernah tinggal di Indonesia bercerita, kini telah digagas adanya Universitas Islam Eropa," katanya.

Kondisi di Indonesia yang mayoritas negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia malah berbeda jauh. Sejauh ini belum ada peta dakwah yang bisa menggambarkan kebutuhan masing-masing komunitas atau golongan. Juga belum ada rencana strategis untuk jangka waktu 5-10 tahun ke depan.

Mantan menteri agama era Gus Dur tersebut menambahkan, pelayanan dakwah kepada masyarakat harus memperhatikan kebutuhan dan kondisi yang mereka hadapi dalam kehidupan. Bahkan diperlukan dai-dai yang melayani komunitas khusus seperti di rumah sakit atau dipenjara.

“Di rumah sakit juga diperlukan orang yang berdakwah, orang yang menasehati kita agar bisa bersabar dalam menerima cobaan. Apalagi saat sakaratul maut merupakan saat penentuan iman seseorang.”

Kaiai Tolchah saat menjalani opname di sebuah rumah sakit pernah mengalami hal tersebut. Ada seorang dai yang mendoakan dan kemudian menasehatinya. Kebutuhan khusus untuk komunitas lainnya seperti di penjara juga diperlukan untuk memberi bimbingan ajaran agama pada para napi.

Dikatakannya bahwa setiap lingkungan juga memerlukan pendekatan berbeda dalam melakukan dakwah. “Masyarakat petani, pedagang, nelayan atau masyarakat industri memerlukan pendekatan yang berbeda dalam dakwah,” tandasnya.

Munculnya teknologi baru juga harus dimanfaatkan dalam berdakwah. Jika pada masa lalu dakwah disampaikan secara oral, kini banyak tumbuh berbagai peralatan informasi seperti media cetak, media elektronik sampai dengan situs internet.

Saat ini nahdliyyin juga telah mengalami perubahan dalam tingkat pendidikan dan pola fikirnya. Pada tahun 1926 orang NU adalah mereka yang lulus dari berbagai pesantren. Namun sekarang ini, selain dari pesantren, nahdliyyin belajar di SMA dan sudah banyak yang menjadi sarjana. Kondisi ini mengharuskan para dai menyesuaikan materi dakwahnya sesuai kebutuhan dari jamaah. (mkf)