Warta

Hasyim Muzadi: Penataan NU Butuh Waktu 10 Tahun

Ahad, 13 Maret 2005 | 11:11 WIB

Cirebon, NU Online
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, penataan di tubuh organisasi NU menuju organisasi yang "Khitmatul Aulia" atau organisasi dengan ruh ulama memerlukan waktu 10 tahun dan penataan itu diperlukan untuk kembali memuliakan NU di bumi Indonesia.

"Saya kedatangan utusan ulama tiga hari yang lalu dengan pesan untuk mengembalikan NU kepada ’Khitmatul Aulia’ sehingga Aulia yang hidup ataupun yang sudah wafat akan kerasan, dan kalau sudah kerasan itu bibit penyelesaian Indonesia," katanya pada Haul Ke-15 KH Aqiel Siroj dan KH Nasir Abubakar di Ponpes Kempek, Kabupaten Cirebon, Sabtu (12/3) malam.

<>

Penegasan itu dilontarkan Hasyim Muzadi yang sudah sumpek melihat berbagai "gegeran" antarwarga nahdiyin hanya karena urusan politik sehingga meninggalkan urusan jamaah yang sebenarnya menjadi tumpuan perkembangan NU pada masa awal perkembangannya.

"Jika roh ulama itu telah kita ambil kembali mudah-mudah diberi izin Allah SWT, baru kita menata organisasi sebagai kendaraannya. Insya Allah kita NU akan kembali mulia," katanya.

Ia mengingatkan, warga nahdiyin untuk tidak membela orang per orang dalam kepengurusan NU tetapi yang dibela adalah ajaran atau  "fikroh nahdiyah" sehingga akan terhindar berbagai konflik yang didasarkan pada keduniaan. "Jangan mendukung Hasyim Muzadi, karena Hasyim empat tahun lagi juga berhenti jadi pengurus," katanya yang menyatakan sudah tidak lagi ikut "calon-calonan".

Menurut dia, jika penataan sistem dan manajerial NU sudah berjalan baik maka siapapun yang menjadi pengurus tidak akan menjadi masalah karena sudah ada "rel" yang mengantarkan pada tujuan bersama.

Ia mengatakan, metode penyebaran Islam di Indonesia oleh ulama terdahulu perlu ditiru kembali, yaitu bagaimana memberikan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dan baru kemudian menyebarkan ajaran Islam. "Jika datang ke masyarakat tanyakan dulu apa kebutuhannya, penuhi kebutuhannya baru bicara ajaran agama. Metode inilah yang ditiru agama lain," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta kepada nahdiyin untuk mampu berbuat sesuatu bagi masyarakat yang sekarang ini dalam berbagai kesulitan dan hindari berbagai kegiatan yang justru menjadi beban masyarakat.

Ia menceritakan, pada pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi sebulan yang lalu, pemimpin Malaysia itu juga mengakui bahwa metode penyebaran Islam oleh ulama terdahulu di Indonesia telah ditiru Malaysia dengan nama "Islam Khadori" atau "Islam Pembangunan" yaitu penyebaran Islam dengan memberdayakan masyarakat sehingga mampu mandiri. "Semangat inilah yang harus juga ditiru sehingga bagaimana cabang NU, wilayah NU bisa berdiri sendiri, masuk akal dan rasional," katanya.

Hadir pada acara itu Prof Dr Said Aqiel Siroj, Bupati Indramayu H Yance Irianto, dan Ketua PC NU Kabupaten Cirebon KH Djafar Aqiel Siroj.(ant/mkf)