Warta ISTIGHOTSAH KUBRA SAMBUT HARLAH KE-81 NU

KH. Hasyim Muzadi: Saatnya Meng-NU-kan Orang NU

Rabu, 31 Januari 2007 | 07:49 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) malam ini, Rabu (31/1), menyelenggarakan istighotsah kubro dalam rangka menyambut hari kelahiran (harlah) ke-81 NU. Istighotsah diadakan di halaman gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, usai shalat Isya berjamaah di musholla Annahdlah PBNU. Istighatsah dipimpin oleh Rais Syuriah PBNU KH Saifuddin Amtsir.

Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi,  Sabtu (27/1) malam, sebelum keberangkatannya dalam rangka lawatan 12 hari ke Eropa menyatakan, Harlah NU kali ini menjadi momentum untuk merefleksikan kembali ke-NU-an warga NU. Dikatakan, sudah banyak warga NU yang telah berjarak.

<>

“Misalnya tentang tawasuthnya, moderasi dan konsistensi. Sudah banyak yang ekstrim karena ikut HTI wa akhowatuha. Sudah banyak yang liberal karena katut dengan JIL. Kemudian prilaku tawasuth semakin redup dengan banyaknya konflik kepentingan, bisanya masalah politik dan ekonomi, serta kepentingan pribadi,” katanya.

Ditegaskan bahwa NU menganut salah satu madzab empat. Mestinya warga NU (nahdliyyin) lebih toleran dalam berhadapan dengan “yang lain”. Kenyataannya antar warga NU sendiri sering berjarak sehingga harakah (gerakan) NU menjadi tidak padu. “Sebenarnya kalau mau solid Indonesia itu milik NU,” kata Hasyim optimis.

Zaman Hadrotus Syeikh sudah lewat, sementara zaman penyambungnya sudah mulai habis. Dikatakan Hasyim, generasi NU saat ini hanya mengenal jam’iyyahnya karena ada tradisi seperti tahlilan, istighatash dan shalawatan. Diakui memang harus ada regenerasi total.

“Diperlukan peng-NU-an multi dimensi dari orang NU sendiri. Anak sampean ngerti NU kan hanya karena tahu ayahnya orang NU. Ini kalau tidak ketulungan NU tinggal kulturnya. Kultur ini pun menurut saya bukan mewakili visi, mungkin simbol lah saya lebih sepakat mengatakan seperti itu. Nah kalau dikatakan simbol itu gampang pudar,” katanya.

Namun bagaimanapun NU mempunyai daya tahan karena kultur iru sendiri. Namun menurutnya, yang cultural biasanya lemah dalam hal kresasi.

“Itu sudah bawaaannya. Kalau orang modern itu banyak kreasi tapi tidak tahan banting karena itu tidak mengakar dalam budaya bangsa. Itu kan pemikiran orang perorang. Ketika itu putus ya sudah putus. Kalau NU kan nggak ikut memimpin, pemimpinnya aja yang membaur di dalam kultur NU. Tapi lalu daya konsepsinya rendah, masalah managemen, sistem, nidhom. Ya seharusnya managemen itu jalan bareng. Jamiyah harus imbang dengan jamaah,” kata Hasyim.

PCI NU Mesir

Sementara itu dengan pada hari yang sama dan dengan semangat yang sama Lembaga Da'wah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Republik Arab Mesir juga mengundang seluruh warga NU Mesir dan warga Indonesia di Mesir untuk mengahdiri acara Harlah NU pada pukul 15.00 waktu setempat.

Istighatsah di PCI NU Mesir diisi dengan acara khataman Al-Qur'an, sholawatan diiringi seni hadrah, sholat ghoib, potong tumpeng, dan mauidhoh hasanah oleh para pengurus PCI NU Mesir, serta hiburan orkes Mulut el-Watoni KSW dan musik accoustic gamajatim dari Group Hadroh PCI NU.

Stighosah kubro dan tabligh akbar juga diadakan oleh  di Jawa Barat NU di Pondok Pesantren Raudlatul Falah Jatinangor Sumedang Jawa barat pada 04 februari 2007. Bertindak sebagai imam istighosah KH. Asep Burhanudin (Rois Syuriah Pwnu Jabar), serta tabligh akbar dengan tema “Memproteksi Pesan Ulama Mengeksplorasi Budaya Cendikia" bersama Ketua PBNU KH Masdar Farid Mas'udi. (nam)