Warta

KPI Siap Tandingi Lembaga Pemeringkat Televisi AGB Nielson

Selasa, 26 Februari 2008 | 09:21 WIB

Jakarta, NU Online
Langkah nyata dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Lembaga independen itu bakal menandingi monopoli AGB Nielson—lembaga pemeringkat (rating) televisi—di Indonesia. Bentuknya, akan segera dibuat pengelompokan atas sejumlah tayangan televisi yang dinilai baik untuk masyarakat dan juga sebaliknya.

Demikian diungkapkan Ketua KPI Prof Sasa Djuarsa Sendjaja kepada wartawan. Ia mengatakan hal itu usai menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama (Memorandum of Understanding/MoU) antara KPI dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (26/2).<>

Sasa menjelaskan, program baru yang penilaiannya akan dilakukan KPI bersama sejumlah pakar pendidikan dan tokoh agama itu akan diluncurkan pada awal Maret mendatang. Hasilnya akan segera diumumkan di sejumlah media massa pada Maret pekan kedua.

“Jadi, kita akan membuat klasifikasi, mana tayangan yang layak ditonton pemirsa, mana tayangan yang tidak layak. Nantinya, itu akan dilakukan secara rutin seminggu sekali. Hasil klasifikasi itu akan diumumkan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Untuk televisi, sudah ada stasiun yang menyetujui,” terang Sasa.

Acuannya, kata Sasa, akan menggunakan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). “Kalau ada stasiun televisi yang masih nakal, akan dikenai sanksi tegas atau denda,” pungkasnya.

Ia mengakui, langkah tersebut dilakukan karena selama ini ada monopoli oleh AGB Nielson melalui pemeringkatan sejumlah tayangan televisi. Menurutnya, lembaga survei kepemirsaan televisi itu seolah-olah menjadi penentu mana tayangan yang seharusnya ditonton oleh masyarakat.

“Padahal, tayangan yang rating-nya (peringkat atau jumlah penonton) tinggi, adalah tayangan yang buruk. Tidak mendidik masyarakat: sarat kekerasan, pornografi, dan sebagainya,” ungkap Sasa.

Direktur Camelia TV, Teguh Imawan, yang juga hadir pada acara tersebut menyambut baik langkah kerja sama yang dilakukan NU dan KPI. Menurutnya, sebagai organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, NU dapat membantu memberikan penyadaran kepada masyarakat agar bersikap kritis terhadap tayangan televisi.

“Kalau masyarakat atau penontonnya kritis, otomatis akan ada perubahan pada tayangan televisi. Stasiun televisi tidak akan lagi menampilkan tayangan yang tidak mendidik bagi masyarakat,” ujar Teguh. (rif)