Warta

PBNU: AS Tak Mungkin Tinggalkan Irak Sebelum Dapat Minyak

Senin, 30 April 2007 | 11:14 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, Amerika Serikat (AS) tak mungkin meninggalkan Irak sebelum berhasil mengeruk keuntungan ekonomis, yakni mendapatkan minyak. Karena hal itulah yang menjadi tujuan utama AS menginvasi negeri 1001 Malam itu.

“Karena kalau sekarang, bondo (modal, Red) Amerika Serikat untuk perang (invasi ke Irak) belum kembali. Sulit kalau untuk menarik pasukannya dari Irak sekarang,” ujar Hasyim kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (30/4)

<>

Desakan dari berbagai pihak pun, menurut Hasyim, sulit mengubah kebijakan Presiden AS Goerge W Bush, terutama dalam pendudukannya terhadap Irak. “PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) saja nggak didengar, juga rakyatnya sendiri, yang jadi korban kebijakan Bush,” terangnya.

Namun demikian, tambah Presiden World Conference on Religion for Peace itu, perlawanan terhadap negara Adidaya itu, apapun caranya, tetap harus digelorakan. Meski sekedar desakan moral yang tak banyak berpengaruh, harus tetap disuarakan.

Indonesia, lanjutnya, sebagai negara yang berdaulat dan memiliki komitmen untuk ikut serta dalam memelihara perdamaian dunia dan keadilan sosial, pun harus melakukan perlawanan.

Salah satu caranya adalah melakukan pengggalangan dukungan oleh parlemen Indonesia dengan parlemen negara lain pada sidang majelis Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-116 di Nusa Dua, Bali, 29 April hingga 4 Mei 2007, untuk mendesak penarikan pasukan AS dan sekutunya dari Irak.

Desakan terhadap upaya penarikan pasukan AS dari Irak, baginya, bisa menjadi langkah tepat untuk menaikkan derajat bangsa Indonesia di mata dunia yang menurun akibat dukungan pemerintah Indonesia pada resolusi Dewan Keamanan PBB bernomer 1747 yang menjatuhkan sanksi pada Iran.

“Dengan begitu, Indonesia sebagai polopor gerakan Non-Blok, bisa terangkat derajatnya. Indonesia bisa menyatakan keberpihakannya sebagai sebuah bangsa, bukan keberpihakan terhadap yang kuat,” urai Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Selain itu, Hasyim menambahkan, desakan terhadap penarikan pasukan pendudukan AS dan sekutunya dari Irak yang juga didukung Kongres AS, bisa menjadi cara untuk membantu memulihkan citra AS di mata dunia yang mulai menurun, terutama di bawah pimpinan Presiden Bush. (rif)