Warta Doakan Korban Banjir

PBNU Gelar Sholat Ghoib dan Tahlilan

Rabu, 7 Februari 2007 | 08:30 WIB

Jakarta, NU Online
Tak hanya harta yang melayang akibat banjir, sampai hari Rabu, sudah 50 orang yang meninggal. Untuk mendoakan para korban tersebut, PBNU akan menyelenggarakan sholat ghoib dan tahlilan di Musholla An Nahdlah, Kamis malam Jum’at besok (8/2).

“Kita mendoakan mereka agar dosanya diampuni dan amalnya diterima oleh Allah SWT. Mereka adalah para saudara kita yang harus kita perhatikan, meskipun sudah meninggal,” tutur Ketua LDNU KH Nuril Huda.

<>

Para korban banjir yang meninggal ini disebabkan oleh tersengat listrik, hanyut dan tenggelam. Korban terbanyak berasal dari Jakarta Timur mencapai 16 orang sementara lainnya dari Bekasi, Tangeran dan wilayah Jakarta lainnya kecuali Jakarta Selatan yang tidak ada korban meninggal.

Acara akan dimulai dengan sholat Maghrib berjamaah dan dilanjutkan dengan sholat ghoib baru kemudian tahlilan, tradisi yang biasa dijalankan oleh nahdliyyin untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.

“Kita juga berdoa agar Indonesia bisa tertimpa dari berbagai bencana yang tak henti-hentinya melanda. Ini sangat penting karena manusia tak memiliki kemampuan apa-apa tanpa bantuan dari Allah,” imbuhnya.

Kyai Nuril yang asli Lamongan ini mengatakan bahwa sebuah bencana bisa dimaknai sebagai ujian untuk menilai seberapa kuat iman seseorang dan bisa sebuah peringatan akibat perbuatan maksiat yang dilakukan.

“Makanya sekarang kita melakukan evaluasi diri, kita ini sedang diuji atau sedang diperingatkan. Kita ini lebih banyak ibadahnya atau maksiatnya?” tandasnya.

Secara kasat mata, banjir yang saat ini banyak melanda di Indonesia disebabkan oleh ditebangnya hutan-hutan yang ada. Sudah 57 Juta hutan Indonesia dijarah untuk kepentingan individu. “Para penduduk di Jakarta sebenarnya adalah korban karena yang melakukan perusakan alam bukan mereka. Ini akibat keserakahan orang lain,” paparnya.

Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa musibah akan menimpa semua orang, termasuk mereka yang beriman, bukan hanya para pelaku maksiatnya saja. “Semuanya kena, makanya disinilah pentingnya kita berdakwah karena jika ada satu kemaksiatan dibiarkan, maka semua orang, meskipun mereka orang baik akan tetap terkena berncana,” katanya.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah pernah berkata bahwa kehidupan masyarakat seperti naik perahu. Jika salah seorang ingin melubangi kapal untuk mendapatkan air demi keuntungannya sendiri, maka seluruh kapal akan terkena resiko tenggelam. “Kita wajib untuk mencegah orang yang mengutamakan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan bersama yang akhirnya akan mencelakai semua orang,” imbuhnya. (mkf)