Warta

PBNU Pesimis atas Pertemuan Ulama se-Dunia

Senin, 2 April 2007 | 06:01 WIB

Malang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr KH Hasyim Muzadi mengaku tak yakin pertemuan ulama se-dunia yang bakal digelar di Istana Bogor, Jawa Barat pada 3-4 April besok, akan mencapai sasaran. Hal itu terutama menyusul sikap dukungan pemerintah Indonesia atas sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) pada Iran terkait program nuklirnya.

Hasyim menyatakan, para ulama menganggap Indonesia telah berpihak, sekalipun pemerintah menyatakan hal itu merupakan wujud sikap bebas-aktif. ”Pertama, yang tidak percaya tentu Iran. Ulama negara itu pasti memberitahukannya pada kekuatan ulama di luar Iran, termasuk di daerah pergolakan,” katanya di Kediamannya di Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/4) kemarin

<>

Presiden World Conference on Religion for Peace itu menyatakan, semula ulama Sunni dan Syiah menyambut baik pertemuan tersebut dengan syarat tertentu, yakni Indonesia harus benar-benar netral. Karena forum itu tidak semata kepentingan Syiah, dan tidak pula semata kepentingan Sunni, tetapi ukhuwah islamiah (persaudaraan umat Islam), serta tidak di bawah bayang-bayang Amerika Serikat atau Israel.

Padahal, melalui pertemuan tersebut, Hasyim sebenarnya berharap ulama Syiah yang hadir, adalah mereka yang punya pengaruh penting dalam dua jalur, yakni jalur wacana dan jalur komando lapangan di arena pergolakan. Ulama Sunni pun punya dua jalur, yang ulama ilmiah dan ulama yang terlibat konflik di lapangan.

“Sampai hari ini yang bersedia hadir adalah kelompok Sunni ilmiah, yang Sunni konflik belum ada konfirmasi. Sedangkan yang Syiah komando maupun Syiah ilmiah tidak bersedia hadir kecuali mengirim peninjau untuk sekedar tahu, apa sih maunya Jakarta?” terang Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Sholars itu.

Meski dirasa sulit untuk mencapai sasaran, namun Doktor Kehormatan bidang Peradaban Islam itu tetap berharap agar pertemuan tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi upaya perdamaian di Timur Tengah. Harapan yang ingin dicapai adalah menggeser isu konflik Syiah-Sunni kepada isu yang sesungguhnya, yakni rakyat Irak sebenarnya melawan tentara pendudukan.

”Isu konflik antara Syiah-Sunni sebenarnya merupakan jebakan guna menciptakan konflik horisontal di Irak,” jelas Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.

Forum tersebut juga diharapkan mampu mendorong bersatunya kelompok Hamas dan Fatah di Palestina yang akhir-akhir ini telah menunjukkan perkembangan yang relatif baik. ”Dan, yang terpenting, bagaimana Indonesia tampil dalam kualitas lebih tinggi dari mereka yang berkonflik sebagai negara pelopor non-blok dan Negara OKI (Organisasi Konferensi Islam), serta negara Sunni terbesar yang tidak memusuhi sekte dan pihak manapun,” katanya. (rif)