Warta

PBNU: Umat Islam dan Kristen ‘Konsumen’ Utama Provokasi Agama

Rabu, 9 Mei 2007 | 09:43 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah kasus penodaan agama di beberapa daerah yang terjadi belakangan ini, bisa menjadi bukti bahwa umat Islam dan umat Kristen di Indonesia merupakan ‘konsumen’ atau sasaran utama provokasi agama yang dapat memicu konflik antar-umat beragama, kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi.

Hal tersebut dikatakan Hasyim saat hadir dalam Pertemuan Tokoh Lintas Agama di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (9/5). Hadir pula dalam acara itu Uskup Agung Gereja Katolik Indonesia Kardinal Julius Rijadi Darmaatmadja dan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Andreas Anangguru Yewangoe.

<>

Menurut Hasyim yang juga Presiden World Conference of Religions for Peace itu, fenomena maraknya kasus penodaan agama tersebut berarti mulai ada pihak-pihak tertentu yang berupaya mengganggu kerukunan antar-umat beragama. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, dikhawatirkan akan mengganggu pula keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Oleh karena itu perlu adanya kewaspadaan baru di antara umat beragama agar tindakan kriminal itu tidak merembet menjadi konflik yang semakin membesar, selain juga aparat keamanan harus menindak tegas para pelakunya,” ujar Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Hasyim meminta masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, agar tidak mudah terhasut oleh kasus-kasus yang berpotensi mengganggu keharmonisan hubungan antar-umat beragama itu. Pasalnya, ia menduga kuat bahwa kasus-kasus tersebut memang sengaja dirancang, bukan kejadian yang tidak disengaja.

Seperti halnya dalam kasus penistaan agama Islam di Batu, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, ia mengungkapkan, bahwa kejadia tersebut sangat kuat unsur kesengajaannya.

“Dari 41 orang yang sudah menjadi tersangka, tidak ada satupun yang orang Batu atau Malang. Semuanya dari luar kota, ada yang dari Madiun, Solo, Nusa Tenggara Barat, dan lain. Hal itu berarti kasus ini bukan by accident (bukan kejadian yang tidak disengaja), tetapi by design (sudah dirancang sebelumnya),” ungkap Hasyim.

Seperti diketahui, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) melakukan ritual yang diikuti ratusan massa dari berbagai daerah, termasuk Bali. Namun ritual itu melecehkan salah satu agama di Hotel Asida, Batu, akhir Desember 2006 lalu.

Berdasarkan hasil penyelidikan dan tes keaslian dari hasil rekaman kegiatan yang dilakukan LPMI tersebut, Polwil Malang mendatangkan seorang pakar yakni Roy Suryo dan hasil penelitiannya, rekaman VCD tersebut benar-benar asli.

Begitu pula dalam kasus terkini, yakni ditemukannya Kitab Suci Al-Quran yang disisipi Injil, di Jombang, Jatim. Ia mengatakan, kejadian tersebut bukan yang pertama kali. Karena, sebelumnya juga pernah ditemukan kasus serupa di Padang, Sumatera Barat, pada 2004. “Di Padang itu penerbit Al-Quran-nya sama, yakni PT Makbul Jaya. Nah, itu berarti kuat diduga bahwa kasus tersebut adalah by design,” tandasnya. (rif)