Warta

Pemerintah Australia Eksploitasi Politik Ketakutan terhadap Umat Islam

Kamis, 10 Mei 2007 | 06:02 WIB

Canberra, NU Online
Pemerintah Australia dewasa ini secara berlebihan mengeksploitasi politik ketakutan terhadap Islam untuk kepentingan  politik. Padahal hal ini justru merusak nilai-nilai tradisi Australia sendiri.

Demikian statemen yang disampaikan oleh Malcolm Fraser, mantan Perdana Menteri Australia (tahun 1975 -1983), dalam sebuah Commonwealth Lecture di The Australian National University pekan lalu, seperti dilaporkan Kontributor NU Online di Canberra, Australia, Arif Zamhari.

<>

Bahkan mantan Perdana Menteri itu menyesalkan dukungan Australia terhadap serangan Amerika Serikat (AS) dalam peperangan yang agresif tanpa pertimbangan rasional. Hubungan yang terlalu dekat dengan Pemerintahan Bush, menurut mantan PM yang pernah mengangkat Howard sebagai Treasurer (Menteri Keungan) itu, sebagai tindakan bodoh dan naif.

"Kita tidak mengetahui apa yang kerap kita takutkan, orang-orang dari agama yang berbeda yang sering kita takutkan. Isu-isu politik seperti inilah yang dieksploitasi oleh Pemerintah Australia sekarang dan telah jauh merasuk ke dalam pikiran orang Australia,” tegasnya.

Menurut Mr Fraser, dua peristiwa yang terjadi di tahun 2001 menjadi bukti politik ketakutan pemerintah Australia. Pertama, pengembalian pengungsi di kontainer kapal Tampa. Kedua, serangan 11 September di New York dan Washington.

Mr Fraser mengatakan, dulu umat Katolik diserang karena dianggap bukan orang Australia yang sebenarnya karena mereka memberikan loyalitasnya kepada Paus. Isu ketidakloyalan akan dihembuskan kepada umat Islam Australia dan akan digunakan pada pemilu pemerintah federal yang akan datang.

“Banyak sekali orang berpengaruh menggunakan bahasa yang menciptakan pembelahan-pembelahan antara sebagian masyarakat dengan Islam,” katanya.

Mr Fraser menambahkan, dewasa ini diskriminsi dan pencitraan buruk terhadap umat Islam di Australia sangat meningkat. Jika ini terjadi, maka reputasi Australia sebagai masyarakat multikultural mengalami ancaman yang serius.

Menurut Fraser, isu politik pada pemilu yang akan datang bakal menggunakan isu Islam, setelah pada pemilu sebelumnya menggunakan isu pengungsi kapal Tampa (rif)