Warta

Penuhi Kebutuhan Informasi Nahdliyin, NU Perlu Coba ‘Laptop 100 Dolar AS’

Kamis, 9 Agustus 2007 | 01:08 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk memenuhi kebutuhan informasi warga Nahdliyin di seluruh Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) perlu mempertimbangkan penggunaan laptop seharga 100 dollar AS. Komputer jinjing dengan harga murah tersebut cukup tepat digunakan warga NU, terutama bagi mereka yang berada di pedesaan dan sulit mengakses informasi.

Hal tersebut diungkapkan Redaktur Senior Harian Kompas Ninok Leksono saat menjadi pembicara utama pada Lokakarya “Membangun Habitus Teknologi Informasi di Kalangan Nahdliyin” yang diselenggarakan NU Online di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Rabu (88).<>

Ia sangat menyayangkan jika potensi warga Nahdliyin yang sangat besar tidak diimbangi dengan pemenuhan informasi dan pendidikan yang memadai. Melalui program penggunaan laptop 100 dolar AS itu, katanya, Nahdliyin yang berada di pedesaan sekalipun, dapat mengakses informasi melalui sambungan jaringan internet dengan efektif dan efisien.

“Negara yang pertama kali memanfaatkan laptop 100 dollar AS tersebut adalah Libya. Mereka memanfaatkan laptop tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan informasi dan pendidikan rakyatnya,” terang Ninok kepada para peserta lokakarya yang merupakan para pakar dan ahli TI yang berlatar belakang Nahdliyin.

Namun demikian, tambah Ninok, tentu harus pula dipikirkan akibat negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) tersebut. Pasalnya, akses informasi melalui jaringan internet tersebut tiada batas dan pasti akan memunculkan akibat-akibat yang tidak diinginkan.

Komputer jinjing 100 dollar AS, setelah lima tahun sejak konsepnya diusulkan, akhirnya mulai diproduksi massal. Para pemasok perangkat keras (hardware) telah memulai memproduksi komponen-komponen yang dibutuhkan untuk menyediakan jutaan komputer murah untuk anak-anak di negara-negara berkembang.

Gelombang pertama produksi laptop ’sejuta umat’ itu diperkirakan akan didistribusikan pertama kali pada Oktober 2007. Laptop tersebut tidak akan tersedia di toko eceran sebab seluruhnya dijual melalui skema pemesanan dalam jumlah besar oleh negara yang membutuhkan.

Sebelumnya program OLPC (One Laptop Per Child) yang dipelopori Profesor Negroponte dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dikatakan baru bisa dimulai jika pesanan mencapai 3 juta unit. Namun, dengan dimulainya produksi massal pertama ini, pihak OLPC tidak bersedia mengungkap berapa jumlah pesanan dan negara-negara mana saja yang telah memesannya secara resmi.

XO didesain mudah dibawa ke mana-mana dengan ukuran layar yang kecil dan menggunakan memori flash 1 gigabyte, tanpa hardisk, sehingga ringan. Laptop ini juga dibuat tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim seperti gurun di Libya atau pegunungan di Peru dengan pembungkus yang tahan air.

Karena akan didistribusikan ke pelosok pedesaan, laptop tersebut juga dibuat hemat penggunaan listrik. Penggunanya dapat mengisi ulang baterainya dengan memutar generator mini yang terpasang di sampingnya menggunakan engkol tangan, generator mini yang diinjak, atau sel surya. Selain itu, gambar di layarnya tetap mudah terlihat meski di bawah pancaran sinar matahari. (rif)