Nasional

Jelajah Turots Nusantara akan Angkat Figur Ulama Kudus Pengajar di Makkah pada Abad 19

Ahad, 6 Juli 2025 | 19:00 WIB

Jelajah Turots Nusantara akan Angkat Figur Ulama Kudus Pengajar di Makkah pada Abad 19

Arsip foto Syekh Abdul Hamid Kudus bersama ulama di Makkah. (Foto: dok. Nahdlatut Turots)

Jakarta, NU Online

Jelajah Turots Nusantara (Jalantara) perdana untuk Zona Jawa-Madura akan digelar di Kabupaten Kudus pada Ahad, 13 Juli 2025 mendatang.


Agenda yang diinisiasi oleh Nahdlatut Turots ini akan mengangkat figur ulama asal Kudus yang pernah menjadi pengajar di Masjidil Haram, Makkah, pada paruh akhir abad ke-19 yakni Syekh Abdul Hamid Kudus (1278-1334 H).


Syekh Abdul Hamid merupakan putra Syekh Muhammad Ali Kudus, yang tidak lain adalah cucu Kiai Abdul Qadir Zahid, seorang khatib di Masjid Menara Kudus pada akhir abad ke-18.


“Syekh Muhammad Ali bermukim di Makkah sehingga melahirkan putranya, Syekh Abdul Hamid juga di Makkah. Tumbuh, belajar, berkiprah hingga wafat di Makkah juga,” terang peneliti Nahdlatut Turots Gus Nanal Ainal Fauz melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online, Ahad (6/7/2025).


Karena lahir dan wafat di Makkah, sosok Syekh Abdul Hamid kerap diragukan keterkaitannya dengan Nusantara. Tak sedikit orang menduga bahwa nisbat “Kudus” pada namanya merujuk wilayah di Timur Tengah.


“Padahal, jika kita teliti membaca karya-karya beliau, Syekh Abdul Hamid mengaku sendiri jika berasal dari Kudus di Jawa ini,” terang Nanal.


Di antara karya tulis Syekh Abdul Hamid Kudus yang menjelaskan asal-usulnya adalah Irsyad al-Muhtadi ila Kifayat al-Mubtadi. Kitab ini merupakan syarah dari Kifayatu-l-Mubtadi, karya ayahnya sendiri.


“Di muqadimah kitab tersebut, Syekh Abdul Hamid menjelaskan nisbat Al-Qudsiy pada nama ayahnya itu dengan kalimat yang maknanya kurang lebih: Ketahuilah, al-Qudsiy nisbat ke Kudus -dengan dua dhommah-, kota yang terkenal di tanah Jawa,” kutip Nanal.


Meski berkiprah di Hijaz, pengaruh Syekh Abdul Hamid meluas hingga Nusantara. Sejumlah ulama ternama Indonesia tercatat pernah belajar kepadanya di Masjidil Haram. Di antaranya Mama Sempur (Purwakarta), Habib Ali Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta), Syekh Mukhtar Ath-Tharid (Bogor), hingga KH Kholil bin Harun (Kasingan).


“Selain murid, pengaruh beliau adalah lewat sejumlah karyanya. Salah satunya adalah Kanzu-n-Najah wa-s-Surur yang berisi kumpulan doa. Di antara doa dalam kitab ini yang banyak diamalkan di Nusantara adalah doa awal dan akhir tahun hijriyah,” papar penulis kitab Ats-Tsabat Al-Indunisyi itu.


Syekh Abdul Hamid, imbuh Nanal, termasuk ulama yang produktif menulis. Hingga saat ini, tidak kurang dari 28 kitabnya telah teridentifikasi dan dikumpulkan oleh Nahdlatut Turots. Salah satunya adalah Fathul Aliyyi-l-Karim yang menjelaskan tentang kemuliaan Nabi Muhammad.


“Hasil tahqiq dari Kitab Fathul Ali ini bakal di-launching dan diterbitkan oleh Nahdlatut Turots serta jadi puncak dari gerakan Jalantara Zona Jawa-Madura,” terang Nanal.


Selain peluncuran Fathul Ali, Jalantara Zona Jawa-Madura juga akan menghadirkan Majmu’ Muallafat (kumpulan karya) Syekh Abdul Hamid Kudus yang dicetak secara eksklusif dan terbatas. Selain itu, sebuah kitab biografi berjudul Nasmatul Unsi fi Riyadil Qudsi yang disusun oleh Lajnah Turots Ulama Kudus juga akan diterbitkan.