Warta

Bangsa Indonesia Dilanda Malapetaka Sosial

Selasa, 13 Maret 2007 | 09:44 WIB

Malang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr KH Hasyim Muzadi menyatakan, saat ini muncul tanda-tanda terjadinya malapetaka sosial pada bangsa Indonesia. Hal itu, menurutnya, ditandai dengan maraknya aksi bunuh diri belakangan ini. Pemerintah harus melakukan perbaikan untuk meredamnya.

"Selain benteng moral dan keimanan, cara yang paling ampuh untuk meminimalisir aksi bunuh diri akibat kondisi sosial ini, pemerintah harus melakukan perbaikan secara ekonomi," kata Hasyim usai memberikan ceramah di Pendapa Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (13/3).

<>

Di samping pemerintah yang berupaya melakukan perbaikan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat, katanya, para ulama (kiai) juga harus "turun" membantu menenteramkan umat yang sedang dalam kondisi tidak stabil akibat tekanan ekonomi yang cukup berat.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Pada kesempatan itu, mantan Cawapres pasangan Megawati Soekarnoputri itu juga mengatakan tanpa adanya bimbingan moral dan penanganan komprehensif, maka kasus serupa (bunuh diri) di kalangan masyarakat akan semakin banyak dan terus bertambah.

Ia mencontohkan penanganan korban semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo yang hingga saat ini tidak kunjung tuntas, bahkan tidak jelas, juga memicu tingkat stres bahkan depresi masyarakat setempat semakin tinggi dan tidak menutup kemungkinan juga memunculkan pemikiran pragmatis.

Akan tetapi, khusus untuk kasus ibu yang tega meracuni empat anaknya yang berakhir tragis dengan bunuh diri itu, sudah melampaui batas kemanusiaan.

Oleh karena itu, bila keterlibatan para kiai, ulama maupun pemerintah dalam meminimalisir kasus-kasus bunuh diri tersebut tidak dilakukan, maka kejadian-kejadian memilukan di tengah masyarakat masih terus berlangsung.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

"Gejala-gejala yang mulai marak ini harus diwaspadai dan perlu penanganan komprehensif yang melibatkan semua pihak, termasuk benteng diri dengan berdoa pada Tuhan tanpa mengenal lelah," ujarnya. (ant/sam)


Terkait