Warta

Hasyim: Sekali NKRI Pecah, Bangsa Ini Akan Lemah

Senin, 27 Agustus 2007 | 10:13 WIB

Kebumen, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengingatkan, organisasi Nahdlatul Ulama (NU) selamanya tidak akan berpaling dari politik kebangsaan,  yakni komitmen untuk mengisi dan menjaga Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI) agar tetap utuh.

"Sekali NKRI pecah, bangsa ini akan makin miskin dan lemah. Ingat, Rusia saat ini menjadi negara-negara kecil dan miskin," tandas Hasyim Muzadi, Ahad (26/8) sore kemarin, di depan sekitar empat ribu warga nahdliyyin dalam Pleno Akbar Warga NU se-Eks Karesidenan Kedu, di halaman SMK Ma'arif 1 Kebumen.

<>

Dilaporkan kontributor NU Online Najahan Musyafak, rapat dihadiri Rois Syuriyah PWNU KH Masruri Mughni, Ketua PWNU Jateng Drs H Moh Adnan MA, Ketua DPRD Kebumen H Probo Indartono SE MSi serta Wakil Bupati KH M Nashiruddin AM. Hingga acara dimulai, rombongan tamu warga NU dari kabupaten dan kota di Kedu terus berdatangan sehingga seluruh kursi tidak mencukupi.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Hasyim mengakui, akibat komitmen itu terkadang NU sering diejek. Misalnya, selama ini tidak ada ayat Alquran tentang NKRI. Namun ia buru-buru mengingatkan, meski secara teks di Al-Quran tak menyebut NKRI secara ekplisit, ada ayat-ayat yang harus dipahami umat Islam untuk menjaga keutuhan bangsa.

Karena itulah Hasyim mengajak warga NU berpolitik secara nasional. NU memang bukan partai politik. Namun warga NU harus paham tentang politik kebangsaan, yang diabdikan kepada kepentingan bangsa dan negara tanpa melanggar ajaran Rasulullah SAW.

Menyinggung politik kepartaian, lanjut Hasyim, tatarannya di bawah politik kebangsaan. Apalagi saat ini mendirikan partai politik ibarat mendirikan yayasan. Begitu pecah, dengan gampang mendirikan partai baru. Padahal, ibarat sepeda motor, NU itu motornya dan partai politik hanya helmnya.

Sayangnya, menurut Hasyim, kini NU terancam oleh budaya uang di partai politik. Artinya, para kiai yang didekati oleh partai politik biasanya datang ke acara dengan iming-iming uang. Sebaliknya, untuk datang ke acara NU tidak ada uang, tapi justru harus menyumbang.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

"Kami tegaskan, adanya NU itu untuk beramal. NU bukan tempat untuk menggerogoti kesetian kepada bangsa dengan uang. Itulah perluanya saya bertemu dengan ranting agar bisa mendengar langsung dari ketua umumnya," tandas Hasyim.

Sebelumnya dia menyatakan, mungkin ada yang bertanya ada agenda apa pimpinan PBNU harus bersilaturahmi dengan pengurus ranting. Padahal, era sekarang ini penuh dengan kepentingan. Hal itu harus diimbangi dengan silaturahmi dan keikhlasan. Apalagi setelah NU berusia 84 tahun, ada yang menilai NU justru mengalami kemunduran.(njm)


Terkait