Warta

Kiai Muchit: Saya Tak Pernah Larang Kiai Berpolitik

Jumat, 1 Februari 2008 | 11:02 WIB

Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muchit Muzadi  tidak memasalahkan para kiai yang terjun aktif di dunia politik, asal merasa mampu dan mengerti betul ilmu politik, tidak malah menjadi semacam wayang dalam jagat perpolitikan.

"Saya dari dulu tidak pernah melarang kiai berpolitik. Perlu dibedakan antara berpolitik dengan berpartai. Bepolitik bukan berarti berpartai," kata Kiai Muchit saat berbicara dalam acara "Dialog antar Generasi" di Gedung PBNU, Jakarta, Jum'at (1/2).<>

Dikatakannya, beberapa orang justru tidak berpolitik meskipun bergelut dalam partai politik. Berpolitik menurut kiai Muchit adalah menjadi semacam dalang yang bisa memainkan wayang.

"Malah yang mengaku berpolitik itu bisa jadi tidak bepolitik, justru dipolitiki terus. Kita memang sering tidak bisa membedakan antara wayang dan dalang," kata kakak kandung KH Hasyim Muzadi itu.

Kiai Muchit mengingatkan para kiai dan pengurus NU, beberapa kalangan yang seakan akrab dan mesra sekali dengan organisasi Nahdlatul Ulama belum tentu mempunyai niat yang baik.

"Saya ini bukan orang politik tapi ngerti politik dikit-dikit lah! Saya bisa membedakan antara orang yang merangkul saja dan yang merangkul sambil mencekik," kata murid Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari itu.

Pada kesempatan itu sastrawan Acep Zamzam Noor menyampaikan unek-uneknya. Menurut putra sulung KH Ilyas Ruhiyat, para politisi NU atau yang mengatasnamakan NU tidak bisa dibedakan dengan para politisi kebanyakan, tidak mempunyai karakter khusus.

"Politik NU saat ini sudah kehilangan karakter. Semua sudah menjadi seragam. Makanya, saya selalu kampanye golput. Bagi saya, NU yang sejati itu selalu golpot," katanya serius.

Dialog antar generasi dalam rangka menyambut Harlah Ke-82 NU itu dihadiri oleh para ketua PBNU, para ketua lajnah, lembaga,dan badan otonom di lingkungan NU, dan para kader NU yang aktif dalam kepengurusan partai politik. (nam)


Terkait