Warta

Pendidikan Keterampilan, Ciptakan Industri Rumah Tangga

Rabu, 6 Juni 2007 | 10:14 WIB

Kondisi ekonomi bangsa yang sedang terpuruk serta sempitnya lapangan pekerjaan, menuntut semua orang untuk kreatif mencari sumber ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal itulah yang membuat kaum perempuan sangat antusias mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) keterampilan (life skill). Lantas apa yang dilakukan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk memberdayakan kaum perempuan?

Pucuk Pimpinan (PP) Muslimat NU, 21 Mei-2 Juni lalu, menggelar diklat bordir untuk kaum perempuan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Muslimat NU, Pondok Cabe, Jakarta. Pelatihan yang terselenggara hasil kerja sama Muslimat NU dengan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Departemen Pendidikan Nasional itu didikuti oleh 20 peserta dari wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

<>

Pendidikan keterampilan untuk kaum perempuan tidak kali ini saja digelar Muslimat NU. Sebab, sebelumnya telah digelar diklat serupa untuk kaum perempuan di 25 propinsi se-Indonesia dengan total sebanyak 84 kali. Jenis diklat yang diselenggarakan pun disesuaikan dengan  kondisi dan kompetensi daerah masing-masing, mulai dari bordir, kerajinan perak, songket, salon, tikar jojo, hingga industri makanan khas daerah.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Ketua Harian Bidang Usaha Kecil Mengah dan Agrobisnis, Darwani Pasaribu, mengatakan, diklat keterampilan tersebut pada dasarnya untuk membantu masyarakat agar hidup lebih sejahtera. Dengan ketrampilan yang memadai, kaum perempuan akan mampu membantu meningkatkan ekonomi keluarga.

“Ini semua agar ibu-ibu bisa membantu suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau mau serius, nanti ibu-ibu mampu membuat home industri (industri rumah tangga) di rumah masing-masing dan mampu membantu orang-orang di sekitar dengan ketrampilan yang dimiliki,” ungkap Darwani dalam sambutannya pada penutupan diklat tersebut.

Ketua Panitia Pengarah Diklat Bordir itu, Nur Rif’ah Mansyur, mengungkapkan, semua program pemberdayaan perempuan Muslimat NU dilakukan secara berkelanjutan. Artinya, lanjut Nur, setelah peserta pelatihan mampu berkarya dengan baik, Muslimat NU telah menyediakan dana untuk modal mendirikan industri kecil di tempat masing-masing.

“Alhamduillah, meski hanya digelar selama 12 hari, hasilnya telah kelihatan. Para peserta bisa menyerap dengan baik materi yang disampaikan, serta mampu membuat kerajinan bordir sendiri. Mereka kini telah mempunyai dasar-dasarnya. Ini akan kita lanjutkan terus, sehingga mereka bisa benar-benar mandiri,” katanya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Muslimat NU, kata Nur, menjamin hasil kerajinan perempuan binaannya akan laku di pasaran. Pasalnya, organisasi perempuan terbesar di Indonesia itu telah mengandeng PT UKM yang siap memasarkan ke masyarakat. Hal itu, lanjutnya, tidak hanya berlaku bagi hasil kerajinan bordir saja, tapi juga bagi hasil kerajinan lain yang digalakkan Muslimat NU di 25 propinsi. ”Jadi, kita telah siapkan pasarnya,” jelasnya.

Umi Zahrok, tim fasilitator diklat tersebut, menjelaskan, dalam rangka memberdayakan kaum perempuan, Muslimat NU tidak bisa hanya mengedepankan kata-kata atau janji-janji belaka. Karena itu, pihaknya selalu berusaha mewujudkan gerakan pemberdayaan masyarakat dengan kerja konkret.

“Dalam berdakwah, sekarang tidak bisa hanya dengan lisan, tapi harus diikuti dengan hal (tindakan) serta mal (pembangunan ekonomi) bangsa. Pelatihan seperti ini manfaatnya cukup banyak. Kita berharap kaum perempuan yang kini dibina Muslimat NU ini benar-benar berdaya,” ungkapnya. (ahmad millah/arief ullyanov)


Terkait