Warta

Pengungsi di Gereja Tetap Jalankan Tradisi Islam Aswaja

Kamis, 11 November 2010 | 10:34 WIB

Sleman, NU Online
Posko NU Peduli Yogyakarta telah menjalin kerjasama dengan beberapa pihak gereja dan seminari (asrama Katolik) dalam melakukan pendampingan terhadap pengungsi muslim. Beberapa da’i dan ustadz yang telah disiapkan tim dakwah NU. Tiap hari mereka mendampingi aktivitas para pengungsi muslim.

Pihak seminari Kentungan sangat mengharapkan NU dapat memberikan siraman rohani dan memandu anak-anak di pengungsi untuk mengaji dan aktivitas-aktivitas ritual lainnya.<>

“Pihak gereja dan NU sepakat akan memberikan ruang untuk menjalankan ibadah yang biasa dilakukan sehari-har," ujar Zar’anuddin, Koordinator tim dakwah NU Peduli Merapi, Kamis, 11 Nopember.

Zar'anuddin juga menjelaskan agenda ibadah para pengungsi bisa dilakukan dengan nyaman di beberapar rumah ibadah Kristen dan Katolik, juga di seminari Kentungan. "Kegiatan keagamaan dilakukan seperti biasa, sembahyang, pengajian, yasinan, tahlilan,bahkan Yasinan berjama'ah dilakukan tiap malam," tegasnya.

Pendampingan yang bersifat keagamaan dilakukan oleh ustadz-ustadz dan santri-santri  dari Pesantren An-Nur Ngrukem, PP Ali Maksum Krapyak, dan juga da’i-da’i Korp Dakwah Mahasiswa (Kodama) Krapayak. Mereka datang silih berganti, memberi siraman rohani, tahlilan, bahkan pentas seni.

Dengan terjalinnya pemahaman ini, kenyamanan bagi pengungsi terjaga, baik muslim maupun non-muslim. Seminari memberikan kemerdekaan kepada para pengungsi untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing, dengan mempersilakan pengungsi muslim untuk mengikuti pengajian-pengajian keagamaan yang diselenggarakan oleh tim dakwsah NU Jogja.

Sementara itu, KH Hasan Abdullah (Wakil Ketua PWNU DIY dan juga koordinator Posko NU) menyayangkan isu-isu pemurtadan dari kelompok-kelompok Islam radikal dalam menyikapi pengungsi muslim di gereja-gereja.
"Kita semua sedang menjalankan amanat agama, ukhuwah insaniyah (persaudaraan manusia, red.), mengupayakan kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak untuk menolong para pengungsi, termasuk memberikan pelayanan dan mendampingi mereka dengan santun dan manusiawi,”jelas Kiai Hasan yang juga pengasuh pesantren Mlangi, Sleman

"Sikap toleran dan istiqomah NU dalam membina umat Islam hendak dikembangkan, mengingat kasus-kasus yang diperankan oleh kelompok-kelompok Islam garis keras ketika memaksa pengungsi muslim keluar dari barak yang disediakan gereja-gereja," tambahnya.

Secara terpisah, juru bicara PW GP Ansor NU DIY, Gugun El-Guyanie menghimbau peran pemerintah untuk segera melakukan koordinasi dan sinergi dalam menangani bencana Merapi. Mengingat bencana tersebut harus ditangani bersama baik oleh pemerintah maupun ormas-ormas, LSM, parpol dan seluruh elemen.

"Fakta di lapangan masih banyak barak-barak kecil yang tidak ditangani oleh pemerintah. Tapi dikelola oleh ormas seperti NU, Muhammadiyah maupun gereja, juga oleh LSM. Jangan sampai di satu tempat bantuan melimpah, tapi di tempat lain kekurangan. Kami berharap pemerintah berkoordinasi dan menjalin sinergi dengan seluruh elemen. Ansor sendiri juga mengelola beberapa barak yang luput dari perhatian pemerintah. Yang Perlu disiapkan dengan segera juga penanganan pasca tanggap darurat,” pungkas Gugun (km/hh)


Terkait