Daerah

'Bola NU' Tak Boleh Dimainkan untuk Hal di Luar Tujuan Didirikannya NU

Kamis, 5 Oktober 2023 | 10:45 WIB

'Bola NU' Tak Boleh Dimainkan untuk Hal di Luar Tujuan Didirikannya NU

Mustasyar PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Sujadi (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang tidak hanya didirikan untuk cakupan Indonesia saja. Namun NU didirikan dan tetap eksis untuk skala yang lebih besar lagi yakni memberikan kemaslahatan bagi seluruh dunia. Hal ini tergambar dari logo NU berupa bola dunia yang memuat makna global.


Dengan memuat makna filosofis tersebut, pengurus dan warga NU berkewajiban untuk mengelola bola tersebut dengan baik sehingga bisa 'mencetak goal' dan meraih visi dan misi organisasi.


Bola ini menjadi manfaat jika bisa mengolahnya dengan baik dan sebaliknya bisa menjadi sebuah kemudlaratan jika tidak dengan baik menjaga serta menggunakannya. 


“Kalau kita bisa memainkan bola, maka kita akan bisa membawa bola ini menjadi kesejahteraan. Tetapi kalau tidak bisa memainkan bola, maka kita akan dipermainkan. Kita akan ditendang ke sana, tendang ke sini,” kata Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Sujadi, Rabu (4/10/2023).


“Bahkan jangan-jangan menjadi gol bunuh diri, karena kita tidak bisa mengelola bola itu sendiri,” imbuh alumnus Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo Jawa Tengah ini.


Jadi lanjutnya, Nahdlatul Ulama ini bukan hanya memiliki peran mikro, namun lebih dari itu memiliki peran makro yang saat ini terus diperkuat oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Berbagai peran internasional terus dilakukan oleh PBNU untuk membangun peradaban mulia.


Dalam mengelola bola, lanjut kiai yang pernah menjadi Ketua PCNU Tanggamus ini, diperlukan komitmen dan keseriusan seperti yang telah dicontohkan oleh para ulama terdahulu dalam membina umat. Termasuk, yang dicontohkan oleh para ulama pendahulu di Kabupaten Pringsewu dalam mendirikan NU di daerah tersebut.


Hal ini disampaikan Kiai Sujadi dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad saw sekaligus Haul KH Ridwan Syu'aib Ke-3 yang merupakan Rais Syuriyah PCNU Pringsewu di Pesantren Al-Huda Bandung Baru Kecamatan Adiluwih, Pringsewu, Lampung.

 

"Almaghfurlah KH Ridwan Syuaib merupakan sosok yang patut kita teladani dalam ketegasan dan komitmennya dalam mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah 3 periode berturut-turut," ungkapnya.


Komitmen dan ketegasan menjadi sikap yang sangat penting dalam mengolah dan membawa arah 'bola' NU agar tidak dimainkan oleh kepentingan yang tidak sesuai dengan dasar dibentuknya NU.


Hal ini senada dengan penegasan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bahwa NU tidak boleh digunakan untuk kepentingan diluar maksud didirikannya. 


"Maka, Nahdlatul Ulama tidak boleh dipergunakan, diperalat di luar tujuan didirikannya. Itu sebabnya Nahdlatul Ulama tidak mau diajak-ajak bikin khilafah, misalnya. Tidak mau, karena bukan itu tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama,” kata Gus Yahya.   


“Nahdlatul Ulama tidak bisa digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan demi kepentingan eksklusif Nahdlatul Ulama sendiri. Karena bukan itu tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama,” tegasnya kembali pada Haul KH Abdul Hamid bin Abdullah Umar di Pondok Pesantren Salafiyah, Kebonsari, Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Senin (25/9/2023) lalu.


Nahdlatul Ulama tegasnya, merupakan perwujudan khidmah untuk seluruh bangsa, seluruh kemanusiaan, dan seluruh peradaban. Maka wajib bagi pengurus dan warga NU untuk menghormati apa yang telah ditetapkan sebagai keperluannya mendirikan jam'iyah Nahdlatul Ulama.

 

“Jangan coba-coba, menggunakan NU ini untuk hal-hal di luar keperluan didirikannya Jam'iyyah ini,” tandasnya.


Gus Yahya mengingatkan hal ini karena saat ini sudah memasuki proses pesta demokrasi pemilihan umum tahun 2024 di mana Nahdlatul Ulama tidak boleh digunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan tujuan didirikannya.