KH Achmad Chalwani: Orang Meninggal Dapat Melihat Keluarganya di Dunia
NU Online · Senin, 29 November 2021 | 11:10 WIB

KH Achmad Chalwani: Orang Meninggal Dapat Melihat Keluarganya di Dunia. (Foto: NU Online/Ahmad Naufa)
Ahmad Naufa
Kontributor
Magelang, NU Online
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi mengatakan, orang yang telah meninggal dapat melihat orang yang masih hidup di dunia. Hal ini ia ungkap dalam Pengajian dalam rangka Maulid Nabi dan Haul Almaghfurlah Simbah Kiai Raden Jalalain di Kuncen, Seloboro, Salam, Magelang, Ahad (28/11/2021) malam.
Sebagai argumentasi ilmiah, Kiai Chalwani mengutip Sabda Nabi Muhammad saw dalam kitab Syarhush Shudūr bi Syarhi Ĥālil Mauta fil Qubūr (Penjelasan Ahwal Kematian di Alam Kubur) karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi (1445-1505/849H - 911H).
Tu’radhu a’mālukum fid dunya, ilā ‘asāirikum wa aqribā-ikum minal amwāti. Fain ra-auhum hasanan, isytabsyarū, fain ra-auhum ghaira hasanin qālu: allāhumma lā tumithum hatta tahdiyahum. (Al-Hadis fi Syarhish Shudur).
Artinya, Nabi bersabda: Amal kamu sekalian – orang yang masih hidup – diperlihatkan kepada saudara dan teman-temanmu yang sudah meninggal dunia, termasuk diperlihatkan kepada leluhurmu yang sudah wafat. Ketika yang sudah wafat melihat amal baik yang masih hidup, merasa bahagia di alam kubur. Tetapi ketika yang wafat melihat amal yang masih hidup tidak baik, merasa sedih di alam kubur. Di tengah-tengah kesedihan, berdoa, meminta kepada Allah swt: ‘Ya Allah, anak cucuku yang masih hidup di dunia, yang amalnya masih belum baik, jangan Engkau cabut dulu nyawanya, jika belum mendapat petunjuk Engkau.’
“Jadi, orang yang sudah wafat itu dapat mendoakan orang yang masih hidup, asalkan wafatnya membawa amal saleh Maka Nabi Muhammad, para wali, para ulama, sampai saat ini masih memperhatikan kita semua,” terang Mursyid Tarekat Qadiriyah/ Naqsyabandiyah, Berjan, Purworejo.
Bahkan menurut Kiai Chalwani, Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad (1634-1720 M), pengarang kitab Ratib Haddad, berkata: “ihtimāmul amwāti lil ahyā-i, asyaddu min ihtimāmil ahya-i lil amwāti.” (Perhatian orang yang sudah wafat kepada orang yang masih hidup itu lebih besar daripada perhatian orang yang masih hidup kepada orang yang sudah wafat).
“Maka saya minta, sering-seringlah berziarah kubur, karena yang sudah wafat masih memperhatikan kita semua. Ini kalau tidak mengaji tidak tahu,” pungkasnya, di depan ribuan jamaah yang tetap memakai masker.
Kontributor: Ahmad Naufa Kh. F.
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua