Daerah

Ning Hafshah Lirboyo: Pengajar Al-Qur'an Wajib Miliki Sanad Sampai Rasulullah

Sabtu, 20 Agustus 2022 | 21:30 WIB

Ning Hafshah Lirboyo: Pengajar Al-Qur'an Wajib Miliki Sanad Sampai Rasulullah

Ning Hafshah al-Ahla Kafabihi Mahrus Lirboyo. (Foto: YouTube NU Online)

Jakarta, NU Online
Putri Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus, yakni Ning Hafshah al-Ahla, menjelaskan pentingnya sanad sampai Rasulullah saw bagi seorang pengajar atau penyimak Al-Qur'an.


“Kewajiban seorang pengajar yang kesehariannya adalah menyimak tentu harus memiliki sanad. Meskipun pemberian sanad di setiap pondok itu caranya berbeda-beda,” ungkap Ning Hafshah, sapaan akrabnya, dalam tayangan YouTube NU Online, Sabtu (20/8/2022).


Ia menuturkan, sanad adalah rentetan guru yang pernah mengajar Al-Qur'an dan guru tersebut ke atasnya sampai kepada Rasulullah saw. Ia mengungkap bahwa ada yang mengatakan bahwa bacaan hanya dapat dikatakan membaca Al-Qur'an ketika memenuhi tiga syarat.


“Pertama, bacaan harus digurukan kepada guru yang memang memiliki sanad sampai kepada Rasulullah saw. Kedua, memakai mushaf Rasm Usmani,” tutur Ning Hafshah.


“Yaitu, mushaf yang dulunya adalah tulisan yang disepakati para sahabat pada saat pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, jadi bukan mushaf karangan Usman. Ketiga, bacaannya sesuai dengan nahwu shorof atau kaidah bahasa Arab,” sambungnya.


Dari situlah, menurut Ning Hafshah, seseorang tidak pernah mendapatkan bacaan Al-Qur'an jika tidak mendapatkan guru yang memiliki sanad sampai Rasulullah. Adanya sanad itu, kata dia, akan mempertanggungjawabkan bacaan seseorang di hari kiamat.


Ning Hafshah juga menjelaskan hal lain yang harus dilakukan para pengajar Al-Qur'an adalah selalu memberikan motivasi untuk bisa ikhlas dalam menghafalkan Al-Qur'an.


“Karena biasanya anak zaman sekarang hanya semangat saat di awal saja. Tapi, kalau sudah sampai juz 15 atau 17 biasanya luntur semangatnya. Oleh karena itu, semangat perlu diberikan agar mereka istiqamah melanjutkan hafalannya sampai 30 juz,” terangnya.


Selain itu, lanjut dia, seorang pengajar juga perlu mengefisienkan waktu. Dengan cara membagi jadwal antara menyimak dan disimak agar tidak rugi karena tetap memiliki waktu yang berkualitas dalam menjaga hafalan.


Pada kesempatan yang sama, Ning Hafshah juga mengungkapkan pentingnya membaca Al-Qur'an dengan tartil di hadapan guru. Karena sedang mentahqiqkan bacaan di depan guru, apakah bacaan yang dibaca sudah benar.


“Tartil dimaknai dengan mentajwidkan beberapa huruf dan mengetahui waqaf-waqafnya sehingga dapat memahami makhraj dan sifat-sifatnya,” pungkas Ning Hafshah.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori