Jateng

Kiai NU Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas dan Tersambung dengan Gurunya

Senin, 1 Agustus 2022 | 10:00 WIB

Kiai NU Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas dan Tersambung dengan Gurunya

Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa di acara haul almaghfurlah KH Masruri Mughni (Foto: NU Online Jateng/Samsul Huda)

Brebes, NU Online Jateng
Para kiai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sanad atau transmisi keilmuan yang sangat jelas dan tersambung sampai Rasulullah SAW. Mereka mengikuti manhaj atau jalan tawasuth atau moderat.


Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa mengatakan,  karena sanad keilmuan yang jelas dan memiliki kecerdasan dalam berfikir mereka mampu mengkontekstualisasi ajaran Al-Qur’an dan Hadist dengan keadaan zaman.


"Mereka tidak gampang mengkafirkan orang lain yang berbeda faham dan pandangan. Karena itu kita diingatkan, jangan gampang mengkafirkan orang lain selama shalatnya sama, kiblatnya sama dan ajaran yang dianutnya sama," tegas Kiai Zulfa.


Kiai Zulfa mengatakan hal itu saat menyampaikan mauidzah hasanah dalam pengajian haul ke-11 almaghfurlah KH Masruri Mughni dan Haul ke-26 Nyai Hj Adzkiya binti H Miftah,  di Masjid Annur Pesantren Al-Hikmah-2 Benda, Sirampog, Kabupaten Brebes, Sabtu (30/7). 





Dijelaskan, karena  manhaj jalan tawasuth atau moderat itulah NU tidak mengambil posisi ekstrem kanan juga tidak ekstrem kiri. Tidak kaku atau terlalu keras (fundamentalis) tetapi juga tidak terlalu bebas atau liberalis.  


"NU dalam praktiknya di masyarakat selalu menerima tradisi kearifan lokal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam," terangnya. 


PBNU lanjutnya, merasa gembira karena Pesantren Al-Hikmah 2 diasuh oleh para ulama yang sanad keilmuanya tersambung hingga Rasulullah Saw. Almaghfurlah Kiai Masruri dikenal sebagai ulama yang zuhud dan sederhana yang sepanjang hidupnya diwakafkan untuk membesarkan NU.


Pembacaan manakib atau riwayat hidup Kiai Masruri disampaikan rais PBNU KH Subhan Ma’mun. Dikatakan, Kiai Marsuri bin Abdul Mughni lahir di Benda, 23 Juli 1943. Ulama yang karib disapa Abah Masruri adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan H Abdul Mughni dan Hj Maryam.


"Kiai Masruri merupakan cucu dari Muassis Pesantren Al-Hikmah, KH Cholil bin Mahalli. Sejak kecil, Abah Masruri mendalami ilmu agama di bawah asuhan sang kakek secara langsung. Memasuki usia 14 tahun, pada tahun 1957 mondok di Pesantren Tasik Agung Rembang di bawah asuhan KH Sayuti dan KH Bisri Musthofa. Kiai Masruri sudah aktif di NU sejak kecil, kiprah dan aktivitasnya di Jamiyah NU dimulai dari IPNU.," ujarnya. 





Pengasuh Pesantren Al-Hikmah 2 KH Sholahuddin Masruri (Gus Sholah) kepada NU Online Jateng, Ahad (31/7/20220 menjelaskan, Haul ke-11 merupakan haul kali pertama setelah dua tahun libur karena pandemi Covid-19. Dikatakan, pesantren yang ditinggalkan abah Masuri adalah amanah yang harus terus diperlihara dan diuri-uri ila akhiruzaaman, bukan ghanimah atau warisan. 


"Karena itu kami bersama adik-adik dan anak cucu Kiai Masruri bertekad akan melanjutkan perjuangan membesarkan dan mempertahankan NU melalui pesantren ini," pungkasnya.


Tampak hadir Wakil Ketua Umum PBNU H Nusron Wahid, Anggota DPD-RI Abdul Kholik, Rektor Unissula Semarang Prof Gunarto, Direktur Umum dan Keuangan RSI Sultan Agung Semarang Hj Munadharoh, Rais PCNU Kota Semarang dan Ketua Dewan Pembina YPI Nasima Semarang, KH Hanief Ismail, Pengasuh Pesantren Al-Falah Jatilawang Banyumas KH Ahmad Shobri, para dosen Unsoed Purwokerto, para kiai dan habaib, para alumni yang tergabung dalam Rabithah Ma’ahid Al-Hikmah Tsani (Rohmani) juga hadir dalam acara itu.


Penulis: Samsul Huda