Daerah

Soal Tawasul, Allah yang Perintahkan dalam Al-Qur'an

Rabu, 28 Juli 2021 | 06:00 WIB

Bangkalan, NU Online

Tawasul sebagai sebuah amaliah yang dilakukan warga Nahdlatul Ulama kerap dipermasalahkan oleh sebagian kalangan. Mereka menuduh hal tersebut sebagai laku yang sesat, haram, dan lain sebagainya. Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan K Mukhtar Syafaat menjawab dan meluruskan tuduhan tersebut.


Kiai Mukhtar menjelaskan bahwa perdebatan dalam masalah tawasul sudah tidak perlu dibahas panjang lebar. Sebab, Allah swt memerintahkan hal tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 35, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.”


“Kita diperintah oleh Allah swt untuk mencari wasilah dalam mendekatkan diri kepada-Nya, Cuma kemudian wasilah dalam ayat ini berbentuk apa?” kata Kiai Mukhtar pada Selasa (27/7).


Menurut Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur itu, dalam hadis-hadis sahih dijelaskan bahwa wasilah dengan amaliah-amaliah yang baik itu tidak bisa dipungkiri (anjurannya).


Lebih lanjut, ia menceritakan tiga orang yang terkurung dalam sebuah goa, tertutup oleh batu yang sangat besar. Kemudian, mereka berwasilah dengan perbuatan-perbuatan baik yang pernah mereka lakukan. Akhirnya mereka bisa lepas dari batu yang menutup gua ini. “Kisah ini jelas membuktikan bahwa tawasul dengan perbuatan-perbuatan baik itu tidak menjadi masalah,” jelas Kiai Mukhtar.


Pada kesempatan itu, anggota tim perumus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCNU Bangkalan itu juga menjelaskan bahwa tawasul juga pernah dilakukan para sahabat Nabi. Salah satu cerita paling popular dan banyak disebutkan di dalam kitab adalah cerita tawasul para sahabat dengan paman Rasulullah, ketika para sahabat saat itu dilanda kekeringan dalam satu masa.


Dulu, di masa adanya Rasulullah, para sahabat langsung melakukan tawasul dengan Rasulullah. Namun, setelah Rasulullah wafat, para sahabat melakukan berdoa, dan doanya tidak Allah kabulkan. Kekeringangan tetap terjadi. Hingga kemudian, ada beberapa sahabat yang berinisiatif untuk tawasul dengan paman Rasulullah, yaitu Sayyidina Abbas. Akhirnya, ketika itu, salah satu dari para sahabat berdoa, “Kami bertawasul dengan Rasulullah dulu, engkau (Allah) hujani kami, dan sekarang kami tawasul dengan paman Rasulullah hujanilah kami kembali.” Setelah tawasul itu, akhirnya Allah mengabulkan doa ini dan para sahabat diberi hujan.


Menurut Kiai Mukhtar, tawasul semacam ini merupakan tawasul dengan dzat (benda) untuk dijadikan wasilah mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan, tawasul semacam ini tidak bisa dipungkiri untuk masalah ini serta ceritanya populer.


Cerita lain yang juga disampaikan oleh Kiai Mukhtar adalah kisah sahabat Khalid bin Walid. Dalam kisahnya saat peperangan, Khalid bin Walid tidak pernah mengalami kekalahan. Hal itu disebabkan ia menyimpan sehelai rambut Rasulullah.


“Ini jelas bentuk tawasul menggunakan sebuah dzat. Memang bukan dzat ini kita jadikan andalan, tapi Allah swt memberikan karunia dan fadhal-Nya kepada hamba-Nya ketika ada dzat ini. Hal seperti ini merupakan hal yang biasa. Wong memang oleh Allah sendiri juga diperintahkan, tinggal tawasulnya yang baik, jangan sampai menggunakan media-media diharamkan atau yang mengundang pada kesyirikan,” Papar Kiai Mukhtar.


Menurut Kiai Mukhtar, kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan seperti ini, yaitu tawasul dengan rambut para Nabi, para auliya, tidak bisa dikatakan menyembah pada rambutnya. Hal itu sekadar dijadikan sebagai wasilah saja.


Kontributor: Sunnatullah
Editor: Syakir NF