Kesehatan

Ibnu Sina, Penemu Geriatrics atau Ilmu Kedokteran Lansia

Selasa, 23 Agustus 2022 | 06:30 WIB

Ibnu Sina, Penemu Geriatrics atau Ilmu Kedokteran Lansia

Geriatrics adalah ilmu kedokteran lansia.

Islam memerintahkan manusia untuk menghormati dan menjaga orang yang telah lanjut usia. Para ahli kedokteran muslim telah menemukan ilmu kedokteran baru yang disebut dengan ilmu kedokteran orang-orang lanjut usia, yang saat ini dikenal dengan geriatrics. Orang pertama yang menemukan ilmu ini dalam dunia kedokteran adalah Ibnu Sina.


Usia lanjut adalah karunia dari Allah yang tidak diberikan kepada setiap orang. Selain patut disyukuri, usia yang panjang perlu dijaga agar tetap membawa keberkahan. Tidak jarang, orang yang berusia lanjut mengalami berbagai masalah dan kurang mendapatkan dukungan, sehingga kehilangan kesempatan untuk bersyukur. Karena itu, penting bagi kaum muslimin untuk memberikan perhatian terhadap kondisi lanjut usia.


Indonesia dan banyak negara muslim lainnya saat ini memiliki jumlah penduduk usia  lanjut yang semakin banyak. Meningkatnya usia harapan hidup dan kualitas nutrisi membuat semakin banyak orang yang memiliki kesempatan untuk menikmati kehidupan lebih lama di dunia. Namun, seiring dengan banyaknya populasi lansia, permasalahan sosial dan kesehatan juga ikut meningkat.


Islam telah memberikan perhatian secara khusus terhadap kesehatan lansia. Penyakit-penyakit yang muncul mengiringi usia lanjut banyak dibahas oleh para ahli kesehatan muslim sejak dahulu. Dalam kitab Thibbun Nabawi, al-Hafizh ad-Dzahabi memberikan nasehat kepada tenaga kesehatan muslim untuk memperhatikan lansia. Di dalam kitabnya, beliau menulis:


“Barangsiapa memperoleh hak untuk mengobati penyakit, hendaklah dia memperhatikan masalah usia, fungsi, dan pekerjaan pasiennya. Tidaklah mudah baginya untuk mengobati orang yang sangat tua.” (Al-Hafizh ad-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dâr Ihyâ-ul ‘Ulûm: 1990], halaman 23).


Berdasarkan nasehat tersebut, salah satu masalah kesehatan dalam pengobatan lansia adalah adanya komplikasi dan penyulit dalam pengobatan penyakitnya. Para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan yang lain hendaknya mempelajari secara khusus aspek menua dan menerapkannya ke dalam praktik yang mereka jalani. Ulama Islam telah memberikan teladan dalam hal ini dengan penemuan spektakuler yaitu bidang ilmu kedokteran lansia atau geriatrics.


Shubhi Sulaiman dalam bukunya berjudul Kontribusi Islam terhadap Ilmu Pengobatan: Sebuah Pengantar Memahami Thibb Nabawi mengutip tulisan Dr. Yoseph Garland dari buku berjudul The Story of Medicine dengan menyebutkan:,


“Berkat ajaran Islam yang memerintahkan manusia untuk menghormati dan menjaga orang yang telah lanjut usia, para ahli kedokteran muslim menemukan ilmu kedokteran baru yang disebut dengan ilmu kedokteran orang-orang lanjut usia, yang pada saat ini dikenal dengan geriatrics. Orang pertama yang menemukan ilmu ini dalam dunia kedokteran adalah Ibnu Sina dalam bukunya yang berjudul al-Qânûn fit Thibb.” (Sulaiman, Kontribusi Islam terhadap Ilmu Pengobatan, [Surakarta: Thibb Nabawi & Herbal, 2010], halaman 75).


Ibnu Sina memang merumuskan pembahasan khusus tentang lansia di dalam kitabnya. Beliau menjelaskan bahwa periode lanjut usia dimulai dari usia 60 tahun. (Ibnu Sina, The Canon of Medicine of Avicenna (al-Qânûn fit Thibb), [New York, AMS Press: 1973, halaman 68). 


Kitab al-Qânûn fit Thibb memiliki bagian yang membahas aturan untuk orang tua. Pembahasan aturan untuk orang tua tersebut meliputi makanan khusus untuk lansia, gangguan pencernaan seperti sembelit pada lansia,  pijat dan olahraga untuk lansia. 


Fasilitas untuk kesehatan lansia juga mendapatkan perhatian khusus di dalam Islam. Sebelum rumah sakit khusus lansia dibangun di era modern, pemerintah muslim di masa lalu telah membangun fasilitas khusus untuk lansia. Rumah sakit yang dibangun pada masa keemasan Islam tidak hanya berfungsi untuk mengobati orang yang sakit, tetapi juga menjadi rumah peristirahatan bagi lansia. (Majali, 2017, Contribution of Medieval Islam to the Modern Hospital System, Hystorical Research Letter: halaman 26). 


Bagi lansia yang merasakan kondisi sakit dan penyulitnya, maka perlu menyadari bahwa hal tersebut adalah perkembangan yang alamiah. Meskipun terganggunya kesehatan tidak diinginkan oleh setiap lansia, tetapi penting untuk menjaga kesyukuran dengan berprasangka baik. Lansia hendaknya memohon kepada Allah agar dianugerahi kesehatan, tetapi jika Allah memberinya sakit, maka hal itu harus diterimanya dengan penuh kesabaran, penerimaan, dan syukur.


Dalam konteks bersyukur ketika sakit, al-Hafizh ad-Dzahabi memberikan satu motivasi positif bagi seorang tua yang ditanya mengenai penyakitnya. Lansia hendaknya menjawab dengan penuh rasa syukur. Beliau menyebutkan di dalam kitabnya Thibbun Nabawi sebagai berikut:


“Ketika orang yang telah tua ditanya tentang bagaimana keadaannya, dia menjawab, ‘Aku menderita penyakit yang diinginkan oleh setiap orang’.” (Ad-Dzahabi, Thibbun Nabawi, halaman 290).


Kondisi tua merupakan kondisi khusus antara sehat dan sakit. Al-Hafizh ad-Dzahabi menyebutkan bahwa temperamen orang lanjut usia cenderung dingin. Beliau juga menyebutkan dalam kitabnya tentang karakteristik kesehatan lansia sebagai berikut:


“Ada tiga keadaan tubuh yang mungkin: sehat, sakit, dan keadaan tidak sehat tidak pula sakit, yaitu keadaan orang yang sedang menuju penyembuhan dan keadaan usia tua.” (Ad-Dzahabi, Thibbun Nabawi, halaman 25).


Karena kondisinya yang khusus itulah, lansia mendapatkan perhatian dari Islam dalam berbagai aspek ibadah yang berkaitan dengan kesehatan. Ada berbagai keringanan yang diberikan dalam ritual ibadah untuk lansia. Sebagai contoh ketika tidak mampu berpuasa karena kondisi kesehatan yang tidak mampu lagi, lansia diberikan keringanan untuk membayar fidyah


Para dokter, perawat lansia, maupun tenaga kesehatan lain yang melayani lansia perlu kesabaran ekstra dalam menunaikan pekerjaannya. Di antara bentuk pengabdian yang mulia bagi mereka adalah ketika bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk lansia. Bagi seorang muslim yang berprofesi sebagai pelayan kesehatan lansia, ada nilai tambah di dalam pekerjaannya. Selain mencari nafkah, melayani lansia dapat menjadi ladang amal yang berbuah besarnya pahala.


Dengan kekhususan kondisinya, lansia layak diperhatikan oleh semua komponen kaum muslimin. Pemerintah yang menjamin kesejahteraan warga negaranya perlu memprioritaskan lansia dalam bidang kesehatan. Umat muslim lainnya yang bukan lansia juga perlu memberikan dukungan terhadap berbagai hal yang diperlukan oleh para lansia agar mereka mampu tetap eksis dengan sejahtera.

 

Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi.