Kesehatan

Efek Vasektomi dalam Tinjauan Thibbun Nabawi dan Farmakologi

NU Online  ·  Ahad, 4 Mei 2025 | 14:00 WIB

Efek Vasektomi dalam Tinjauan Thibbun Nabawi dan Farmakologi

Ilustrasi vasektomi. Sumber: Canva/NU Online.

Vasektomi merupakan prosedur medis yang semakin banyak dipilih oleh pria sebagai metode kontrasepsi permanen. Uniknya, ada proses untuk mengembalikan kesuburan pria yang telah menjalani vasektomi yaitu upaya rekanalisasi. Oleh karena itu, metode kontrasepsi vasektomi hingga hari ini diakui memiliki fleksibilitas dan tidak benar-benar mematikan fungsi reproduksi pria. 


Dengan efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan, vasektomi sering dianggap sebagai solusi yang praktis dan aman. Namun, keputusan untuk menjalani prosedur ini tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan fisik dan mental. Ada risiko dalam obat-obatan yang digunakan untuk menyertai prosedur vasektomi dan rekanalisasi. 


Dalam tinjauan kesehatan, vasektomi umumnya memiliki risiko komplikasi yang rendah dan tidak memengaruhi fungsi seksual secara signifikan. Namun, beberapa pria mungkin mengalami perubahan emosional dan psikologis setelah prosedur, seperti perasaan kehilangan kesuburan atau kecemasan terkait dampak jangka panjang. 


Oleh karena itu, penting untuk memahami efek vasektomi dari sudut pandang kesehatan mental dan fisik agar individu yang mempertimbangkan prosedur ini dapat membuat keputusan yang bijak dan berdasarkan informasi yang tepat. Bagaimana dampak vasektomi terhadap kesehatan mental dan fisik? Bagaimana efek farmakologi dari obat-obatan yang digunakan dalam rekanalisasi?


Vasektomi merupakan prosedur kontrasepsi permanen bagi pria yang dilakukan dengan memotong atau menutup saluran vas deferens agar sperma tidak mencapai ejakulasi. Meski prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan tinggi dalam mencegah kehamilan, dampaknya tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga berpengaruh terhadap kesehatan mental dan psikologi seseorang.


Penelitian di China menyatakan bahwa dalam jangka panjang laki-laki dengan beberapa kondisi khusus yang menjalani vasektomi dapat mengalami masalah mental. Kondisi yang dimaksud adalah faktor bertambahnya usia, tingkat pendidikan yang tinggi, dan tinggal di perkotaan (Zhao dkk, 2018, Long-term safety, health and mental status in men with vasectomy, Nature Scientific Reports: halaman 1-8).


Vasektomi tidak memiliki efek jangka panjang pada tingkat hormon seksual pada pria. Namun, beberapa pria mengalami berbagai reaksi emosional setelah menjalani vasektomi.  Ada laporan kasus yang menyebutkan pria dapat mengalami gejala psikologis yang lebih serius setelah vasektomi, seperti stres atau depresi (Shaik dan Rajkumar, 2014, Post-Vasectomy Depression: A Case Report and Literature Review, Mental Illness, Vol.6: halaman 40-42).


Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harapan pribadi dan orang sekitar. Tekanan sosial atau budaya tentang peran pria dalam reproduksi dapat memengaruhi kesehatan mental setelah menjalani vasektomi. Meskipun penelitian menunjukkan bahwa vasektomi tidak berdampak negatif pada gairah atau fungsi seksual, beberapa pria tetap merasa cemas akan adanya perubahan dalam kehidupan seksual mereka.


Kenyataan tersebut mengingatkan terhadap teori kedokteran kuno bahwa air mani itu mempengaruhi kesehatan holistik. Hippocrates menyatakan bahwa air mani mengalir dari saripati berbagai organ. Dari orang yang sehat, datang air mani yang sehat dan sebaliknya dari orang yang sakit maka datang air mani yang tidak sehat (Al-Hafizh adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihya-ul ‘Ulum: 1990], halaman 297).


Permasalahan yang mempengaruhi air mani dalam tubuh seorang laki-laki, seperti intervensi vasektomi, dapat mempengaruhi kesehatan holistik seseorang. Apalagi bila disandingkan dengan upaya rekanalisasi sebagai tindakan untuk mengembalikan kesuburan laki-laki. Proses rekanalisasi tidak sesederhana vasektomi.


Bila vasektomi hanya memerlukan waktu sebentar, tidak demikian halnya dengan rekanalisasi atau pembalikan vasektomi. Meskipun pembalikan vasektomi dimungkinkan, operasi rekanalisasi berbiaya mahal itu jauh dari mudah. Hasilnya juga tidak menjamin bahwa kesuburan laki-laki akan kembali seperti semula setelah rekanalisasi.


Studi klinis di Taiwan menunjukkan bahwa dari 38 pria yang menjalani analisis air mani pascaoperasi rekanalisasi, sperma ditemukan dalam air mani pada 32 pria (84,2%), dan kehamilan terjadi pada 14 dari 38 pasangan (36,8%) dalam tahun pertama tindak lanjut. Artinya memang tidak semua rekanalisasi berhasil 100%.


Prosedur pembalikan vasektomi dengan bedah mikro berulang juga menjanjikan, dan dari total delapan pasien yang menjalani operasi ulang, potensi terbentuk pada lima pasien (62,5%). Hal itu menunjukkan bahwa prosedur bedah dilakukan lebih dari satu kali (Chiang, 1996, Clinical study of vasectomy reversal: results of 60 single-surgeon cases in Taiwan, J Formos Med Assoc, 95(11): halaman 866-869). 


Walaupun vasektomi adalah prosedur cepat dan mudah yang umumnya dilakukan dengan anestesi lokal, pembalikan vasektomi merupakan pekerjaan yang jauh lebih besar, memerlukan waktu satu setengah jam untuk dilakukan dan memerlukan anestesi umum atau sedasi dalam. Artinya, ada obat-obat bius yang digunakan dengan kekuatan lebih poten pada prosedur ini.


Secara farmakologi, obat anestesi umum yang digunakan pada prosedur operasi memiliki beberapa efek samping. Selain menekan susunan syaraf pusat dalam waktu tertentu, efek terhadap saluran pencernaan sering terjadi. Kondisi konstipasi dan gangguan buang air besar setelah operasi menjadi efek yang tidak diharapkan dari obat anestesi umum.


Agar vasektomi tidak berdampak negatif terhadap kesehatan mental, masyarakat yang hendak menerapkannya perlu memahami banyak hal. Apalagi bila kebijakan yang terkait dengan vasektomi hendak diberlakukan secara massal, maka harus dilakukan pengkajian yang melibatkan pakar kesehatan dan ulama.


Tidak mengherankan bila para ulama sangat hati-hati dalam mengkaji masalah vasektomi. Hal ini seiring dengan konsep Islam yang memiliki misi dalam menjaga jiwa (hifdzun nafs) manusia.


Vasektomi merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif bagi pria yang tidak ingin memiliki anak di masa depan. Meskipun tidak berdampak langsung pada fungsi seksual, efek psikologis dan kesehatan mental tetap perlu diperhatikan. Efek obat yang tidak dikehendaki juga merupakan resiko selain kondisi emosional yang mungkin muncul ketika prosedur ini dilakukan. Wallahu a’lam bis shawab. 


Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti farmasi.