Cara Elegan Menegur Orang Lain menurut Prof Quraish Shihab
NU Online · Kamis, 28 Juli 2022 | 23:30 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Cendekiawan muslim Indonesia, Prof HM Quraish Shihab, mengatakan bahwa secara umum teguran kepada orang lain itu perlu. Tidak ada orang yang tidak wajar ditegur. Sebab, semua orang berpotensi salah dan lupa.
Hal tersebut dikatakan Prof Quraish saat ditanya oleh putrinya tentang cara elegan menegur orang lain dalam bincang santai Shihab & Shihab di YouTube Najwa Shihab, Kamis (28/7/2022).
“Bagaimana cara kita menegur orang lain dengan pas dalam pergaulan sehari-hari, baik kepada sahabat, kepada orang yang baru kenal, atau bahkan yang tidak kenal sekalipun. Terkadang ada ketidakcocokan sehingga sungkan. Bagaimana cara menegur yang benar,” tanya Nana, sapaan akrabnya.
Putra Almaghfurlah Prof Abdurrahman Shihab ini menjelaskan bahwa perlu adanya akal bagi orang yang menegur. Artinya, ia harus pandai-pandai menempatkan teguran itu.
“Kalau itu sahabatnya, maka perlu ditegur. Tetapi, ada yang perlu digarisbawahi bahwa jangan andalkan persahabatanmu sehingga teguranmu melampaui batas atau bercanda melampaui batas,” tuturnya.
Sedangkan jika seseorang itu belum dikenal, lanjut Prof Quraish, maka perlu mencari tahu lebih dalam. Karena boleh jadi ada sesuatu yang tidak diketahui sehingga membuatnya melakukan hal demikian.
“Maka sebelum menegur perlu mencari tahu siapa yang ditegur, apa teguran yang wajar untuknya, karena teguran itu bermacam-macam,” ungkap Prof Quraish.
Pengarang Tafsir Al-Misbah itu menuturkan, di dalam Al-Qur'an ada keterangan bahwa nabi pun ditegur oleh Allah. Teguran itu ada yang sangat halus, ada pula yang keras. Tergantung kondisi yang dialami nabi.
“Maka dari itu, jangan menegur sebelum mengetahui salahnya. Jangan menegur bila kesalahan itu tidak wajar untuk ditegur. Selain itu, jangan menegur secara langsung karena teguran adalah nasihat, dan nasihat adalah ketulusan,” terangnya.
Pria asal Sidrap Sulawesi Selatan itu menegaskan bahwa nilai utama sebuah teguran adalah ketulusan untuk membantu seseorang agar sadar lalu memperbaiki diri.
“Oleh karena itu, tidak harus secara langsung. Kalau ada cara membuatnya dapat memperbaiki diri tanpa menyinggung, itu lebih baik. Bisa diupayakan untuk tidak di depan umum. Jika terpaksa, maka jangan sebut nama,” tuturnya.
Doktor jebolan Universitas Al-Azhar Mesir ini mengingatkan agar jangan enggan menegur orang lain. “Ada ungkapan bahwa hubungan baik dan cinta kasih akan bertahan selama masih ada teguran,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua