Nasional

Kampanye Pemilu Jujur dan Bermartabat, Gusdurian Gelar Gardu Jalanan Titik Nol di 20 Wilayah Indonesia

Senin, 5 Februari 2024 | 14:30 WIB

Kampanye Pemilu Jujur dan Bermartabat, Gusdurian Gelar Gardu Jalanan Titik Nol di 20 Wilayah Indonesia

Salah satu aksi Gardu Jalanan Titik Nol untuk kampanye pemilu jujur dan bermartabat. (Foto: dok. Jaringan Gusdurian)

Jakarta, NU Online

Para pengikut Gus Dur yang tergabung dalam Komunitas Gusdurian mengadakan aksi jalanan untuk mendukung dan mengampanyekan terselenggaranya pemilihan umum (pemilu) yang jujur, adil, damai, dan bermartabat.


Aksi yang diberi nama Gardu Jalanan Titik Nol ini diadakan di 20 titik di berbagai wilayah Indonesia di antaranya Yogyakarta, Pasuruan, Palangkaraya, hingga Gorontalo. Rencananya, aksi ini akan terus berlangsung di berbagai titik hingga 10 Februari 2024.


Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad menjelaskan bahwa Gardu Jalanan ini merupakan salah satu agenda Gardu Pemilu yang dibentuk oleh Jaringan Gusdurian untuk memperkuat pemahaman masyarakat di isu politik dan demokrasi. Secara khusus, agenda ini mengajak masyarakat untuk menjadi pemilih yang berkualitas.


“Kami percaya bahwa pemilih yang berkualitas akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Untuk menjadi pemilih yang berkualitas kita perlu menempatkan Pemilu sebagai bagian dari pendidikan politik. Artinya, Pemilu bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik bagi bangsa,” ujar Jay Akhmad kepada NU Online, Senin (5/2/2024).


Aksi ini, sambungnya, menindaklanjuti temuan-temuan Gusdurian terkait berbagai jenis dugaan pelanggaran Pemilu, seperti keberpihakan aparatur negara, penyalahgunaan bantuan sosial, hingga intimidasi aparat. 


Ia mencontohkan beberapa kasus, tindakan kekerasan aparat kepada pendukung paslon di Jawa Tengah, penyaluran bansos yang dipolitisasi dengan menggunakan atribut partai oleh Menteri aktif, hingga penggalangan suara untuk paslon tertentu oleh pejabat daerah. 


"Pemilu semestinya menjadi proses pendidikan politik, bukan justru menunjukkan kesewenang-wenangan," ujarnya.


Disisi lain, dalam beberapa hari terakhir para guru besar dan civitas akademika kampus mengeluarkan pernyataan sikap terkait situasi demokrasi Indonesia. Gardu Jalanan memiliki tujuan yang sama sebagai ruang untuk memberikan kritik terhadap pemerintahan agar kembali kepada garis konstitusi. 


"Agenda ini merupakan salah satu cara masyarakat sipil menyuarakan kegelisahannya dalam melihat situasi politik," ungkap Jay.


Salah satu Gardu Jalanan yang diadakan di Gorontalo menyerukan pentingnya keberanian masyarakat dalam menjalani proses pemilu yang jujur dan bermartabat. 


“Kita sebagai warga negara memiliki kemerdekaan dan otoritas penuh untuk memilih caleg atau pun paslon capres dan cawapres tanpa intimidasi dan paksaan oleh pihak mana pun,” ujar Hikmah Nur Biga, Koordinator Gardu Gorontalo. 


Gardu Jalanan dikonsep dengan beragam bentuk, seperti pentas musik, aksi teatrikal, atau aksi lain di titik keramaian seperti pasar, car free day, tempat wisata, dan lain sebagainya. Di tengah-tengah aksi ada penyampaian orasi dan komitmen bersama masyarakat untuk mendukung pemilu yang jujur, adil, damai, dan bermartabat. 


"Para Gusdurian juga mengajak masyarakat untuk menyuarakan pesan-pesan positif melalui media sosial dengan tagar #BersuaraBersama #PemiluDamai #SocialMedia4Peace," tuturnya.


Kampanye positif

Salah satu aksi Gardu Jalanan Titik Nol untuk kampanye pemilu jujur dan bermartabat. (Foto: dok. Jaringan Gusdurian)

Agenda Gardu Jalanan sekaligus menjadi rangkaian kampanye #PemiluDamai yang dilakukan oleh Gusdurian bersama jejaring masyarakat sipil sejak tahun lalu. Manajer kampanye Jaringan Gusdurian Heru Prasetia menjelaskan pentingnya menyuarakan narasi-narasi kebaikan di tengah banyaknya narasi yang memecah belah di tengah masyarakat.


“Sejak 2018 kami memantau narasi-narasi politik, baik yang ada di media sosial atau kehidupan sehari-hari. Hasilnya, apa yang terjadi di media sosial memang menjadi cerminan kehidupan masyarakat secara umum,” jelasnya. 


Oleh karenanya, Jaringan Gusdurian bergerak di media sosial dan juga akar rumput. Gardu Jalanan menjadi salah satu upaya untuk menjangkau publik secara langsung.


Ia menambahkan pada dasarnya masyarakat Indonesia sangat terbuka pada perbedaan pilihan politik. Akan tetapi karena narasi perpecahan yang lebih dominan membuat masyarakat akhirnya terbelah karena pilihan. 


Gardu Jalanan menjadi ruang untuk mengingatkan kembali pentingnya berdemokrasi secara baik dimulai dari pemilu yang berkualitas.


“Kami ingin menegaskan bahwa pemilu hanya salah satu proses politik yang tujuan utamanya adalah kemaslahatan bangsa dan menciptakan kemaslahatan dengan cara yang maslahat,” pungkasnya.