Nasional HAUL KE-6 GUS DUR

Kang Said: Gus Dur Warisi Karakter Mbah Hasyim

Kamis, 31 Desember 2015 | 01:00 WIB

Jakarta, NU Online
Soal kebangsaan, karakter KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mirip dengan sang kakek, Hadratusyekh Muhammad Hasyim Asy’ari. Gus Dur sungguh telah mewarisi karakter nasionalis dari pendiri Nahdlatul Ulama ini.
<>
Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada acara haul keenam Gus Dur yang dihelat di gedung PBNU, Rabu (30/12) malam. “Ketika Mbah Hasyim tinggal di Mekkah dan berdoa di Multazam, beliau meminta kepada Allah agar diberi kemampuan untuk merebut kemerdekaan dari penjajah,” ujar Kiai Said.

Menurut doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekkah ini, seorang wartawan  Mekkah, Dr Thoriq Shihab, pernah menulis bahwa Hadratussyekh Hasyim Asy’ari merupakan nasionalis sejati. Ketokohan Mbah Hasyim sangat diapresiasi ketika tinggal lama di Arab Saudi.

Bagi Kiai Said, Gus Dur mewarisi semangat berjuang dari kakeknya. Tidak mementingkan diri sendiri merupakan ciri khas seorang nasionalis sejati. “Maka tidak heran ketika Mbah Hasyim ditanya hukumnya membela Tanah Air, bukan Islam lho, beliau menjawab bahwa membela Tanah Air hukumnya fadlu ‘ain,” tutur kiai asal Cirebon ini.

Barangsiapa yang mati membela Tanah Air, ia mati syahid. Sebaliknya, yang membantu penjajah maka halal darahnya. “Ini fatwa penting Mbah Hasyim yang dijadikan rujukan Bung Karno, Bung Hatta, dan Panglima Besar Jenderal Sudirman,” tandas Kiai Said.

Menurut Kiai Said, Gus Dur merupakan seorang yang visioner. Siapapun mesti bercermin kepada Gus Dur. Meski demikian, siapapun yang bercermin kepada Gus Dur terlihat kecil sekali.

“Jika seorang ulama bercermin kepada Gus Dur, kecil sekali keulamaannya. Seorang pemimpin jika bercermin kepada kepemimpinan Gus Dur, kecil. Seorang filsuf kalau bercermin kepada intelektualitas Gus Dur, kecil. Bahkan, seorang pendemo sekalipun kalau bercermin kepada semangat Gus Dur, kecil. Gus Dur berdemo dalam kondisi masih diinfus,” tandas Kiai Said. (Musthofa Asrori/Mahbib)