MQK Nasional Bakal Diikuti Seribuan Santri dari Seluruh Indonesia
NU Online · Selasa, 4 Juli 2023 | 19:30 WIB
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) akan menyelenggarakan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Nasional Ketujuh Tahun 2023 di Pondok Pesantren Sunan Derajat, Lamongan, Jawa Timur pada 10-18 Juli 2023.
Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma'had Ali (PDMA) Direktorat PD Pontren Ditjen Pendis Kemenag, Mahrus El Mawa, menyampaikan bahwa kegiatan ini bakal diikuti oleh lebih dari 1.000 santri dari seluruh Indonesia. Para santri ini akan didampingi oleh para pembina dan kepanitiaan dari masing-masing kafilah (ofisial).
“Secara keseluruhan ada 2.207 kafilah, terdiri santri dan mahasantri 1.459, pembina 595, ofisial 153, seluruh Indonesia,” katanya pada Media Gathering MQK Nasional di bilangan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (4/7/2023).
Mereka mewakili kantor wilayah (kanwil) Kemenag provinsi masing-masing. Sampai saat ini, menurutnya, ada 34 provinsi Kanwil Kemenag yang ada di seluruh Indonesia.
“Secara resmi diutus Kemenag provinsi. Masing-masing provinsi mengirimkan sesuai kategori lomba yang diikuti,” kata Mahrus.
Ia menyampaikan bahwa MQK tingkat nasional ini terbagi mulai tingkat paling dasar sampai atas, yakni marhalah ula, marhalah wustha, dan marhalah ulya, serta ma’had aly. Untuk kategori terakhir ini, lanjutnya, tidak dikoordinasi melalui Kanwil Kemenag provinsi, melainkan langsung melalui Asosiasi Ma'had Aly.
Lebih lanjut, Mahrus menyampaikan bahwa kafilah ini akan mulai datang pada Ahad (9/7/2023). Namun, nanti kafilah paling banyak akan datang pada Senin (10/7/2023).
MQK Nasional 2023 mengangkat tema Rekontekstualisasi Turats untuk Peradaban dan Kerukunan Indonesia. Tema ini merupakan wujud upaya kontekstualisasi dengan eranya saat ini. “Kitab kuning itu warisan karya para ulama dan diteruskan direproduksi ulama baru dengan pemaknaan baru sesuai konteks zaman,” tuturnya.
Tahun kerukunan yang menjadi motto Kemenag menarik tema MQK Nasional juga ke tema tersebut. Hal ini sebagai bentuk pemberian petunjuk di tahun-tahun politik agar tetap menjaga keharmonisan dalam berbangsa meskipun berbeda dalam pilihannya.
“Pesantren memberikan pembekalan dan pemodelan bahwa tahun politik jangan sampai menjadi faktor pemecah masyarakat,” ujar Mahrus.
Sebab, kitab kuning memuat ajaran-ajaran tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di dalam bingkai perbedaan yang beragam. Hal ini mengingat ada sejumlah pendapat dalam kitab-kitab yang dikaji di pesantren.
“Kebetulan dalam kitab pesantren itu, orang pesantren gak akan kaget dengan perbedaan, karena dalam kitab sering ditemukan ada berbagai macam pendapat,” ujarnya.
“Yang penting perbedaan itu tentu didasari dalil-dalil nash-nash yang kuat,” imbuhnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua