Nasional AICIS 2022

Peneliti Jepang Ungkap Pertumbuhan Masjid di Negeri Sakura Terus Bertambah

Kamis, 3 November 2022 | 23:55 WIB

Peneliti Jepang Ungkap Pertumbuhan Masjid di Negeri Sakura Terus Bertambah

Profesor Yo Nonaka dari Universitas Keio Jepang menjadi pembicara kunci dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2022 di Bali, Rabu (2/11/2022).

Bali, NU Online
Saat menjadi pembicara kunci dalam gelaran Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS), Profesor Yo Nonaka dari Universitas Keio Jepang memaparkan bahwa saat ini ada 60 ribu umat Islam dari Indonesia tinggal di Jepang. Jumlah ini menjadi ukuran paling besar dari total keseluruhan sekitar 200 ribu umat Islam yang ada di Negeri Sakura ini. 

 

Pada 1980, umat Islam Indonesia yang tinggal di Jepang mayoritas para diplomat, pelajar yang mendapatkan beasiswa, atau pekerja perusahaan yang memiliki kontrak waktu tertentu. Seiring waktu berjalan, berbagai profesi seperti perawat juga muncul.

 

Namun umat Islam dari Pakistan dan Bangladesh yang tinggal di Jepang lebih menonjol di kehidupan masyarakat dari umat Islam Indonesia. Hal ini karena umat Islam dari Pakistan dan Bangladesh tinggal di Jepang dan menikahi warga Jepang serta mendirikan masjid di sana. 

 

“Hanya ada 4 masjid di Jepang pada tahun 1990. Salah satu masjid paling tua di Jepang adalah Masjid Jami' Tokyo. Masjid ini dibangun pada 1938 dan menjadi yang paling besar dan terkenal di sana,” ungkap Yo Nonaka, Rabu (2/10/2022).

 

Pada tahun 90-an, kata Yo, umat Islam pendatang mulai mendirikan masjid di berbagai daerah di Jepang. Jumlah masjid di Jepang bertambah menjadi 14 pada tahun 1999. Jumlah ini pun terus bertambah hingga 67 pada tahun 2010 dan di 2018 ada lebih dari 100 masjid berdiri di seluruh wilayah Jepang.

 

Umat Islam Indonesia di Jepang juga ikut andil pada pertumbuhan jumlah masjid di Jepang, di antaranya yang terkenal adalah Masjid Nusantara yang dibangun pada tahun 2019. Sebelum adanya masjid ini, umat Islam Indonesia di Jepang banyak yang melaksanakan shalat Jumat dan Idul Fitri di sekolah Indonesia di Jepang. 

 

“Pada sekitar tahun 2000 mereka merencanakan membangun masjid karena bangunan sekolah sudah tidak muat lagi untuk menggelar shalat. Pada tahun 2012 panitia pembangunan dibentuk dan dimulai pembangunan pada 2016. Akhirnya masjid dibuka untuk idul fitri pada 2017,” kata profesor di bidang Manajemen Kebijakan Publik ini.

 

Kebanyakan masjid digunakan bukan hanya untuk shalat berjamaah namun juga difungsikan untuk berkumpul saat buka puasa bersama ramadhan, shalat tarawih, atau kegiatan peringatan hari besar Islam, dan pengajian rutin untuk anak-anak. Selain itu umat Islam di Jepang juga aktif melakukan kegiatan dakwah, zakat, dan aktivitas sosial.

 

Perkembangan dakwah di Jepang ini menurut Yo Nonaka tidak terlepas dari peran dakwah Nahdlatul Ulama. Menurutnya, NU yang memiliki jaringan luas, sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, bahkan dunia, menampakkan peradabannya di Jepang. Terlebih selama lima tahun terakhir ini peran NU semakin menguat.

 

Hal ini bisa terlihat dari semangat warga NU di Jepang yang menggelar berbagai kegiatan Ahlussunnah wal Jamaah seperti kegiatan pengajian, yasinan, tahlilan, dan seni hadrah di Jepang.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Zunus Muhammad