Nasional

Peningkatan Produksi Beras Kementan akan Berdampak Positif pada Nilai Tukar Rupiah

Kamis, 11 Oktober 2018 | 07:35 WIB

Jakarta, NU online
Peneliti Pusat Studi Benca Institut Pertanian Bogor (IPB), Pri Menix Dey menilai, peningkatan produksi beras dalam negeri dapat memberi dampak positi bagi perekonomian saat ini di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

“Pada kondisi  nilai tukar rupiah yang melemah, pilihan memperkuat produksi dalam negeri dan mengurangi atau bahkan tidak impor akan dapat menjaga agar nilai tukar rupiah tidak semakin terpuruk dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Pri Menix Dey, Kamis (11/10).

Di samping itu, peningkatan produksi juga sangan bijak di tengah kondisi pasar beras dunia yang tipis, di mana beras yang diperdagangkan tidak lebih dari 10% dari total produksi beras dunia. Karena itu, bagi Indonesia yang berpenduduk cukup besar dengan tingkat partisipasi konsumsi beras hampir 100%, pemenuhan kebutuhan beras yang bergantung pada impor sangat riskan terhadap ketahanan pangan nasional.  

“Karena itu, upaya memperkuat produksi dalam negeri dengan menerapkan inovasi teknologi yang berbasis pada keunggulan komparatif dan sumberdaya setempat serta perbaikan efisiesi biaya produksi merupakan pilihan yang bijak,” pungkas Ketut.

Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementan, Ketut Kariyasa mengatakan data peningkatan luas panen adalah data yang objektif dan tidak dibuat-buat. Sebab data tersebut berasal dari laporan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) atau Manteri Tani yang tahu betul tentang jumlah luas panen riil yang ada di wilayah kerjanya.  

“PPL atau Manteri Tani pada saat melaporkan atau mencatat tidak mendapat tekanan dari siapapun untuk melaporkan lebih  dari yang sebenarnya,” pintanya.

Ketut pun menegaskan dalam rangka perbaikan data pangan, Kementan menyambut dengan baik adanya metode baru dalam perhitungan luas panen, yaitu Kerangka Sampel Area (KSA) yang sedang dikembangkan oleh BPS. 

Sebab ia yakin bahwa data yang akan dihasilkan oleh metode KSA yang terbilang baru itu tidak akan jauh berbeda dengan data yang dihasilkan sebelumnya, yakni menunjukkan tngginya produksi padi atau beras dalam negeri. (Red: Ahmad Rozali)