Soal Keracunan MBG, Ahli Gizi Sarankan Selalu Cek Kualitas Makanan secara Menyeluruh
NU Online · Rabu, 7 Mei 2025 | 21:35 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Presiden Prabowo Subianto menyoroti kasus keracunan makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia, pada Sidang Kabinet Paripurna pada (5/5/2025) itu menduga, keracunan terjadi karena beberapa siswa tidak menggunakan sendok dan belum mencuci tangan dengan baik saat makan.
Dugaan itu berdasarkan pengalamannya meninjau praktik Program MBG dengan mengati cara makan siswa-siswi pada sebuah kelas. Dari 30 siswa, 10 di antaranya makan tanpa sendok karena terbiasa dengan cara tersebut.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pendidikan tentang kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan, untuk mencegah keracunan.
Ahli Gizi dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang mengomentari tentang kebiasaan sebagian siswa yang tak terbiasa menggunakan sendok.
“Anak Indonesia itu sudah pinter, sebelum makan pasti cuci tangan. Yang harusnya dicek kembali adalah apakah sendok yang digunakan itu bersih atau tidak?” ujar Fahmy kepada NU Online pada Selasa (6/5/2025) malam.
Anggota Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) menambahkan bahwa peralatan makan yang tidak higienis berpotensi menjadi sumber kontaminasi bakteri.
“Jangan-jangan alat makannya, sendok, garpu, bahkan tempat makannya yang tidak higienis sehingga makannya jadi tidak higienis dan rawan terkontaminasi bakteri dan patogen,” katanya.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa dalam pelaksanaan program MBG, pengecekan kondisi makanan harus dilakukan secara rutin dan penerapan prinsip higienitas menjadi aspek penting demi menjamin keamanan pangan bagi anak-anak sekolah.
Menurutnya, proses pengawasan mutu makanan tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, terlebih dalam skala produksi massal atau besar seperti pada program MBG.
“Sejatinya setiap penyelenggaraan makanan harus disertai ada pengambilan sampel atau quality control. Itu harus dicek betul, secara menyeluruh, apalagi dalam kondisi yang berisiko terjadi kontaminasi. Terlebih lagi jika makanan diproduksi secara massal atau dalam jumlah yang banyak,” ujar Fahmy.
Ia menyampaikan bahwa dalam setiap produksi atau penyajian makanan, setidaknya harus ada satu sampel yang disimpan dan diuji. Sampel ini berguna sebagai bahan pemeriksaan apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan, seperti keluhan pada kesehatan atau keracunan makanan.
“Setiap kali produksi makanan atau penyajian makanan, seharusnya dilakukan inspeksi dan pengambilan sampel. Jangan hanya (inspeksi) seminggu sekali, apalagi sebulan atau tiga bulan sekali. Itu sangat berisiko,” tegas Fahmy.
Fahmy menyampaikan bahwa menjaga kebersihan dan higienitas makanan harus menjadi bagian dari rutinitas operasional dalam dapur, baik pada skala rumah tangga maupun dalam skala besar seperti program MBG.
Semua komponen yang terlibat dalam proses memasak, lanjutnya, mulai dari peralatan masak, tempat penyimpanan, dan kebersihan tangan penjamah makanan, harus dalam kondisi bersih untuk menghindari risiko kontaminasi makanan.
“Jangan hanya pas inspeksi atau pemeriksaan, baru dibersihkan dapurnya,” katanya.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua