Opini

Ibnu Khaldun dan Penyebab Runtuhnya Khilafah

NU Online  Ā·  Jumat, 12 Juli 2019 | 01:45 WIB

Ibnu Khaldun dan Penyebab Runtuhnya Khilafah

Patung Ibnu Khaldun di Tunisia (syafiqb.com)

Oleh Nadirsyah Hosen

Dalam kitabnya yang terkenal al-Muqaddimah, sejarawan ternama Ibnu Khaldun (wafat 17 Maret 1406) menganalisa penyebab hancurnya Bani Umayyah dan juga Abbasiyah. Ibn Khaldun menyebut faktor penerus para khalifah Umayyah yang lebih cinta duniawi dan melupakan perjuangan pendahulu mereka.

Lantas datanglah periode Khilafah Abbasiyah yang berhasil menumbangkan Umayyah dan mencapai kekuasaan puncak. Awalnya mereka berupaya mengarahkan jalannya kekuasaan menuju kebenaran, lantas tiba pada generasi anak cucu Harun ar-Rasyid memegang kekuasaan, semuanya berubah.

Di antara mereka, menurut Ibnu Khaldun, terdapat orang yang saleh dan orang yang jahat sekaligus, sehingga kekuasaan menjadi sarana bermegah-megahan dan mereka para Khalifah Abbasiyah tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Mereka melanggar nilai-nilai agama secara terang-terangan, kata Ibnu Khaldun, sehingga Allah mencabut kekuasaan dari tangan orang Arab secara total. Allah lantas mengizinkan bangsa-bangsa lain merebut kekuasaan mereka.

Ibnu Khaldun, yang wafat di era Dinasti Mamluk, menegaskan bahwa Allah tidak pernah berbuat kedzaliman sedikit pun kepada para hamba-Nya. Seolah beliau hendak menegaskan bahwa kehancuran Khilafah Umayyah dan Abbasiyah akibat ulah mereka sendiri. Ibnu Khaldun menggarisbawahi bahwa bagi siapa yang mau mengamati perjalanan sejarah para khalifah maka akan mengetahui kebenaran pernyataan beliau ini.

Ibnu Khaldun lantas mengutip al-Mas’udi, sejarawan Arab klasik yang wafat tahun 956, yang mengisahkan hal yang sama mengenai tingkah laku Bani Umayyah, ketika Abu Ja’far al-Manshur, Khalifah kedua Abbasiyah, menemui pamannya. Mereka mencari info tentang Bani Umayyah. Abu Ja’far menjawab:

ā€œKhalifah Abdul Malik itu penguasa yang otoriter dan tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. Khalifah Sulaiman itu hanya memikirkan isi perut dan kemaluannya saja. Sedangkan Khalifah Umar bin Abdul Azis itu bagaikan orang yang buta sebelah di kawanan orang yang buta kedua matanya. Orang yang menjadi pemimpin itu adalah Khalifah Hisyam.ā€

Ibnu Khaldun melanjutkan kutipan Abu Ja’far yang bercerita lebih lanjut bahwa di awal mulanya Bani Umayyah memenuhi tanggung jawabnya, lantas mereka memuaskan hawa nafsunya dan durhaka kepada Allah. Karena kelalaian inilah Allah memakaikan baju kehinaan kepada mereka.

Kemudian Abu Ja’far memanggil Abdullah bin Marwan yang menceritakan pertemuannya dengan Raja Nubia (ini kawasan antara Mesir dan Sudan) ketika dia melarikan diri dari pengejaran Khalifah As-Saffah (Khalifash Abbasiyah pertama). Dikisahkan dialog antara sang Raja Nubia dengan Abdullah bin Marwan.

Raja Nubia bertanya: ā€œMengapa anda minum minuman keras yang dilarang dalam kitab suci anda?ā€

Abdullah menjawab: ā€œBudak dan pengawal kami yang melakukannya.ā€

ā€œMengapa Kalian merusak tanaman dan hewan ternak, bukannya itu perbuatan yang diharamkan?ā€

Abdullah sekali lagi menjawab: ā€œBudak dan pengikut kami yang berbuat itu karena kebodohan merekaā€

Raja bertanya lagi: ā€œMengapa kalian memakai sutera dan emas padahal itu diharamkan atas kalian?ā€

Abdullah menjawab: ā€œKekuasaan kami dihancurkan bangsa non-Arab (Persia). Mereka masuk agama kami dan mereka memakai sutera dan emas, padahal kami membencinya.ā€

Mendengar semua jawaban ngeles dari Abdullah ini, Raja Nubia berkata: ā€œBudak kami, pengawal kami, pengikut kami, bangsa non-Arab!!! Kenyataanya tidak seperti yang anda katakan. Kalian lah yang menghalalkan apa yang diharamkan. Kalian melakukan perbuatan yang dilarang dan menyalahgunakan kekuasaan sehingga Tuhan menimpakan bencana kehinaan kepada kalian (Bani Umayyah).

Raja Nubia dengan gusar melanjutkan: ā€œAku khawatir jika Tuhanmu menimpakan azab-Nya kepada kalian sekarang sedangkan kalian tengah berada di negeriku, aku pun akan terkena musibah bersama kalian. Bertamu hanya tiga hari, setelah itu keluarkah dari negeriku!ā€

Ibnu Khaldun lantas memberi komentar yang menohok atas kisah di atas: ā€œJelaslah bagi anda kini bagaimana kekhilafahan berubah menjadi kekuasaan duniawi semata.ā€

Dari penjelasan Ibnu Khaldun ini maka berhentilah kita untuk selalu menyalahkan orang lain. Sudah saatnya kita bersikap jujur terhadap kenyataan dan fakta sejarah masa lalu. Kalau generasi terbaik di masa lampau saja tidak tahan godaan duniawi dan syahwat kekuasaan, apa jaminannya kalau anak-anak HTI yang koar-koar soal khilafah bisa lebih baik dari generasi masa lalu? Tidakkah kita khawatir akan kecemplung masuk lubang kehinaan sekali lagi?

Jangan double standard: kalau ada yang baik dari periode khilafah masa lalu, langsung koar-koar betapa hebatnya khilafah sebagai solusi saat ini. Kalau ditunjukkan khilafah masa lalu juga ada cacatnya, buru-buru ngeles kayak gaya jawaban Abdullah di atas: seolah kejelekan itu pada masa kerajaan, bukan pada masa khilafah. Yang baik diaku masa khilafah, yang jelek diaku masa kerajaan. Padahal sama-sama bicara periode Umayyah dan Abbasiyah.

Modus anak-anak HTI yang lugu dan lucu itu adalah mengkritik sistem demokrasi, lantas menyebutkan fakta kehebatan khilafah masa lalu sebagai solusi masa kini. Ketika tulisan-tulisan saya mengungkapkan bahwa sejarah khilafah juga banyak yang bermasalah, mereka kejang-kejang dan marah kepada saya karena modus mereka langsung tumbang berantakan.

Akhirnya saya dibilang liberal dan kafir oleh anak-anak HTI. Semoga setelah membaca tulisan saya ini, mereka tidak lantas mengatakan Ibnu Khaldun itu liberal dan kafir.

Tabik,

Penulis adalah Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand, Dosen Senior Monash Law School

Teks Asli dari kitab al-Muqaddimah karya Ibn Khaldun:

ŁŁƒŲ§Ł† Ų°Ł„Łƒ Ł…Ł…Ų§ ŲÆŲ¹Ų§ الناس ؄لى أن Ł†Ų¹ŁˆŲ§ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡Ł… أفعالهم ŁˆŲ£ŲÆŲ§Ł„ŁˆŲ§ ŲØŲ§Ł„ŲÆŲ¹ŁˆŲ© Ų§Ł„Ų¹ŲØŲ§Ų³ŁŠŲ© منهم. ŁˆŁˆŁ„ŁŠ رجالها الأمر ŁŁƒŲ§Ł†ŁˆŲ§ من العدالة ŲØŁ…ŁƒŲ§Ł†ŲŒ وصرفوا Ų§Ł„Ł…Ł„Łƒ في ŁˆŲ¬ŁˆŁ‡ الحق ŁˆŁ…Ų°Ų§Ł‡ŲØŁ‡ Ł…Ų§ استطاعوا، حتى Ų¬Ų§Ų” ŲØŁ†Łˆ Ų§Ł„Ų±Ų“ŁŠŲÆ من بعده ŁŁƒŲ§Ł† منهم الصالح ŁˆŲ§Ł„Ų·Ų§Ł„Ų­. Ų«Ł… أفضى الأمر ؄لى ŲØŁ†ŁŠŁ‡Ł… فأعطوا Ų§Ł„Ł…Ł„Łƒ ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ±Ł Ų­Ł‚Ł‡ŲŒ ŁˆŲ§Ł†ŲŗŁ…Ų³ŁˆŲ§ في Ų§Ł„ŲÆŁ†ŁŠŲ§ ŁˆŲØŲ§Ų·Ł„Ł‡Ų§ŲŒ ŁˆŁ†ŲØŲ°ŁˆŲ§ Ų§Ł„ŲÆŁŠŁ† ŁˆŲ±Ų§Ų”Ł‡Ł… ŲøŁ‡Ų±ŁŠŲ§Ł‹ŲŒ فتأذن الله ŲØŲ­Ų±ŲØŁ‡Ł…ŲŒ ŁˆŲ§Ł†ŲŖŲ²Ų§Ų¹ الأمر من أيدي العرب Ų¬Ł…Ł„Ų©ŲŒ ŁˆŲ£Ł…ŁƒŁ† Ų³ŁˆŲ§Ł‡Ł… منه. ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡ لا ŁŠŲøŁ„Ł… مثقال Ų°Ų±Ų©.
ŁˆŁ…Ł† تأمل سير هؤلاؔ الخلفاؔ ŁˆŲ§Ł„Ł…Ł„ŁˆŁƒ ŁˆŲ§Ų®ŲŖŁ„Ų§ŁŁ‡Ł… في تحري الحق من الباطل علم ŲµŲ­Ų© Ł…Ų§ قلناه. ŁˆŁ‚ŲÆ Ų­ŁƒŁ‰ Ų§Ł„Ł…Ų³Ų¹ŁˆŲÆŁŠ مثله في Ų£Ų­ŁˆŲ§Ł„ ŲØŁ†ŁŠ Ų£Ł…ŁŠŲ© عن أبي جعفر Ų§Ł„Ł…Ł†ŲµŁˆŲ±ŲŒ ŁˆŁ‚ŲÆ Ų­Ų¶Ų± Ų¹Ł…ŁˆŁ…ŲŖŁ‡ وذكروا ŲØŁ†ŁŠ Ų£Ł…ŁŠŲ© فقال: " أما Ų¹ŲØŲÆ Ų§Ł„Ł…Ł„Łƒ ŁŁƒŲ§Ł† Ų¬ŲØŲ§Ų±Ų§Ł‹ لا ŁŠŲØŲ§Ł„ŁŠ ŲØŁ…Ų§ ŲµŁ†Ų¹ŲŒ ŁˆŲ£Ł…Ų§ Ų³Ł„ŁŠŁ…Ų§Ł† ŁŁƒŲ§Ł† همه بطنه ŁˆŁŲ±Ų¬Ł‡ŲŒ ŁˆŲ£Ł…Ų§ عمر ŁŁƒŲ§Ł† أعور ŲØŁŠŁ† Ų¹Ł…ŁŠŲ§Ł†ŲŒ ŁˆŁƒŲ§Ł† رجل Ų§Ł„Ł‚ŁˆŁ… هؓام " . قال: ŁˆŁ„Ł… ŁŠŲ²Ł„ ŲØŁ†Łˆ Ų£Ł…ŁŠŲ© Ų¶Ų§ŲØŲ·ŁŠŁ† لما مهد لهم من السلطان ŁŠŲ­ŁˆŲ·ŁˆŁ†Ų© ŁˆŁŠŲµŁˆŁ†ŁˆŁ† Ł…Ų§ ŁˆŁ‡ŲØ الله لهم Ł…Ł†Ł‡ŲŒ Ł…Ų¹ تسنمهم Ł…Ų¹Ų§Ł„ŁŠ Ų§Ł„Ų£Ł…ŁˆŲ±ŲŒ ŁˆŲ±ŁŲ¶Ł‡Ł… ŲÆŁ†ŁŠŲ§ŲŖŁ‡Ų§ŲŒ حتى أفضى الأمر ؄لى أبنائهم Ų§Ł„Ł…ŲŖŲ±ŁŁŠŁ†ŲŒ ŁŁƒŲ§Ł†ŲŖ همتهم قصد Ų§Ł„Ų“Ł‡ŁˆŲ§ŲŖŲŒ وركوب اللذات من Ł…Ų¹Ų§ŲµŁŠ الله جهلاً باستدراجه ŁˆŲ£Ł…Ł†Ų§Ł‹ Ł„Ł…ŁƒŲ±Ł‡ŲŒ Ł…Ų¹ اطراحهم ŲµŁŠŲ§Ł†Ų© Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§ŁŲ©ŲŒ ŁˆŲ§Ų³ŲŖŲ®ŁŲ§ŁŁ‡Ł… ŲØŲ­Ł‚ Ų§Ł„Ų±ŁŠŲ§Ų³Ų© ŁˆŲ¶Ų¹ŁŁ‡Ł… عن Ų§Ł„Ų³ŁŠŲ§Ų³Ų©ŲŒ فسلبهم الله العز ŁˆŲ£Ł„ŲØŲ³Ł‡Ł… Ų§Ł„Ų°Ł„ŲŒ ŁˆŁ†ŁŁ‰ عنهم النعمة " . Ų«Ł… Ų§Ų³ŲŖŲ­Ų¶Ų± Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ł…Ų±ŁˆŲ§Ł† فقص Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ خبره Ł…Ų¹ Ł…Ł„Łƒ Ų§Ł„Ł†ŁˆŲØŲ© لما دخل أرضهم فاراً Ų£ŁŠŲ§Ł… Ų§Ł„Ų³ŁŲ§Ų­ŲŒ قال: " أقمت Ł…Ł„ŁŠŲ§Ł‹ Ų«Ł… Ų£ŲŖŲ§Ł†ŁŠ Ł…Ł„ŁƒŁ‡Ł… فقعد على الأرض ŁˆŁ‚ŲÆ ŲØŲ³Ų·ŲŖ له فرؓ Ų°Ų§ŲŖ Ł‚ŁŠŁ…Ų©ŲŒ فقلت له Ł…Ų§ Ł…Ł†Ų¹Łƒ من Ų§Ł„Ł‚Ų¹ŁˆŲÆ على Ų«ŁŠŲ§ŲØŁ†Ų§ŲŸ فقال: Ų„Ł†ŁŠ Ł…Ł„Łƒ! ŁˆŲ­Ł‚ Ł„ŁƒŁ„ Ł…Ł„Łƒ أن يتواضع لعظمة الله Ų„Ų° رفعه الله. Ų«Ł… قال: لم ŲŖŲ“Ų±ŲØŁˆŁ† الخمر ŁˆŁ‡ŁŠ محرمة Ų¹Ł„ŁŠŁƒŁ… في ŁƒŲŖŲ§ŲØŁƒŁ…ŲŸ فقلت: Ų§Ų¬ŲŖŲ±Ų£ على Ų°Ł„Łƒ Ų¹ŲØŁŠŲÆŁ†Ų§ ŁˆŲ£ŲŖŲØŲ§Ų¹Ł†Ų§ بجهلهم! قال: فلم ŲŖŲ·Ų¤ŁˆŁ† الزرع ŲØŲÆŁˆŲ§ŲØŁƒŁ… ŁˆŲ§Ł„ŁŲ³Ų§ŲÆ محرم Ų¹Ł„ŁŠŁƒŁ…ŲŒ قلت: فعل Ų°Ł„Łƒ Ų¹ŲØŁŠŲÆŁ†Ų§ ŁˆŲ£ŲŖŲØŲ§Ų¹Ł†Ų§ بجهلهم! قال: فلم ŲŖŁ„ŲØŲ³ŁˆŁ† Ų§Ł„ŲÆŁŠŲØŲ§Ų¬ ŁˆŲ§Ł„Ų°Ł‡ŲØ ŁˆŲ§Ł„Ų­Ų±ŁŠŲ± ŁˆŁ‡Łˆ محرم Ų¹Ł„ŁŠŁƒŁ… في ŁƒŲŖŲ§ŲØŁƒŁ…ŲŸ قلت: ذهب منا Ų§Ł„Ł…Ł„Łƒ ŁˆŲ§Ł†ŲŖŲµŲ±Ł†Ų§ ŲØŁ‚ŁˆŁ… من العجم ŲÆŲ®Ł„ŁˆŲ§ في ŲÆŁŠŁ†Ł†Ų§ ŁŁ„ŲØŲ³ŁˆŲ§ Ų°Ł„Łƒ على Ų§Ł„ŁƒŲ±Ł‡ منا. فأطرق ŁŠŁ†ŁƒŲŖ ŲØŁŠŲÆŁ‡ في الأرض ŁˆŁŠŁ‚ŁˆŁ„: Ų¹ŲØŁŠŲÆŁ†Ų§ ŁˆŲ£ŲŖŲØŲ§Ų¹Ł†Ų§ ŁˆŲ£Ų¹Ų§Ų¬Ł… ŲÆŲ®Ł„ŁˆŲ§ في ŲÆŁŠŁ†Ł†Ų§ Ų«Ł… رفع رأسه Ų„Ł„ŁŠ ŁˆŁ‚Ų§Ł„: " Ł„ŁŠŲ³ ŁƒŁ…Ų§ ذكرت! ŲØŁ„ أنتم Ł‚ŁˆŁ… استحللتم Ł…Ų§ حرم الله Ų¹Ł„ŁŠŁƒŁ…ŲŒ ŁˆŲ£ŲŖŁŠŲŖŁ… Ł…Ų§ عنه Ł†Ł‡ŁŠŲŖŁ…ŲŒ ŁˆŲøŁ„Ł…ŲŖŁ… ŁŁŠŁ…Ų§ Ł…Ł„ŁƒŲŖŁ…ŲŒ ŁŲ³Ł„ŲØŁƒŁ… الله العز ŁˆŲ£Ł„ŲØŲ³ŁƒŁ… الذل ŲØŲ°Ł†ŁˆŲØŁƒŁ…. ŁˆŁ„Ł„Ł‡ نقمة لم تبلغ ŲŗŲ§ŁŠŲŖŁ‡Ų§ ŁŁŠŁƒŁ…. ŁˆŲ£Ł†Ų§ خائف أن ŁŠŲ­Ł„ ŲØŁƒŁ… العذاب ŁˆŲ£Ł†ŲŖŁ… ŲØŲØŁ„ŲÆŁŠ ŁŁŠŁ†Ų§Ł„Ł†ŁŠ Ł…Ų¹ŁƒŁ…. ŁˆŲ„Ł†Ł…Ų§ Ų§Ł„Ų¶ŁŠŲ§ŁŲ© ثلاث. فتزود Ł…Ų§ Ų§Ų­ŲŖŲ¬ŲŖ Ų„Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ§Ų±ŲŖŲ­Ł„ عن أرضي. فتعجب Ų§Ł„Ł…Ł†ŲµŁˆŲ± ŁˆŲ£Ų·Ų±Ł‚.
فقد ŲŖŲØŁŠŁ† Ł„Łƒ كيف انقلبت الخلافة ؄لى Ų§Ł„Ł…Ł„ŁƒŲŒ ŁˆŲ£Ł† الأمر ŁƒŲ§Ł† في Ų£ŁˆŁ„Ł‡ Ų®Ł„Ų§ŁŲ©ŲŒ ووازع ŁƒŁ„ Ų£Ų­ŲÆ ŁŁŠŁ‡Ų§ من نفسه ŁˆŁ‡Łˆ Ų§Ł„ŲÆŁŠŁ†ŲŒ ŁˆŁƒŲ§Ł†ŁˆŲ§ ŁŠŲ¤Ų«Ų±ŁˆŁ†Ł‡ على Ų£Ł…ŁˆŲ± ŲÆŁ†ŁŠŲ§Ł‡Ł… ŁˆŲ„Ł† أفضت ؄لى Ł‡Ł„Ų§ŁƒŁ‡Ł… ŁˆŲ­ŲÆŁ‡Ł… ŲÆŁˆŁ† Ų§Ł„ŁƒŲ§ŁŲ©.