Warta

Halaqoh II Pra-Munas Mantapkan Materi Bahtsul Masail Maudluiyah

Kamis, 6 Juli 2006 | 07:43 WIB

Jakarta, NU Online
Halaqoh kedua menjelang diadakannya Musyawarah Nasional Alim Ulama/Munas dan Konferensi Besar/Konbes, 27-30 Juli 2006 nanti, akan diadakan di Gedung PBNU, Jakarta, pada Sabtu dan Ahad (8-9 Juli 2006). Halaqoh akan memantapkan materi-materi penting yang akan dibahas oleh para kiai dalam forum Bahtsul Masail Diniyah Maudluinyah atau pembahasan masalah-masalah mendasar dalam sistem pengambilan keputusan dalam tubuh organisasi NU.

Forum Bahtsul Masail Diniyah Maudluiyah dalam Munas di Surabaya nanti akan membahas 5 hal penting, yakni Kerangka Berfikir NU (fikrah nahdliyyah), Globalisasi, Universalisme, dan HAM dalam Perspektif NU, Beralih Madzab (talfiq) antara Empat Mazhab Fikih Islam, Implementasi Sistem Pengambilan Hukum Islam, dan Kitab-kitab Rujukan Hukum (al-kutub al-mu’tabaroh).

<>

Wakil Rais ‘Aam PBNU KH. Tholcah Hasan dan Rais Syuriah PBNU KH. Ma’ruf Amin akan menjadi pemandu dalam pendalaman materi Fikrah Nahdliyah dalam Halaqoh kedua nanti. Materi Globalisasi, Universalisme, dan HAM dalam Perspektif NU akan dipandu oleh HM. Fajrul Falakh, salah seorang ketua PBNU, dan Guru Besar UIN Qodri Azizi. Sementara soal talfiq antara Empat Mazhab, Implementasi Sistem Pengambilan Hukum Islam, dan al-kutub al-mu’tabaroh akan dipandu oleh rais syuriah PBNU KH. Aziz Masyhuri dan KH. M. Masyhuri Naim.

“Tujuannya untuk mencari masukan-masukan penting untuk munas nanti. Halaqoh yang pertama di Malang kemarin membahas masalah kebangsaan penting, mengenai peneguhan sikap NU terhadap NKRI, sementara yang sekarang lebih ke dalam, kaitannya dengan pelaksanaan munas nanti,” kata Ketua Panitia Pelaksana Munas dan Mubes KH. Ma’ruf Amin.

Halaqah pra-munas dan konbes yang pertama lalu bertajuk “Meneguhkan Kembali NKRI: Kajian tentang Potensi Disintegrasi Bangsa”. Pada kesempatan itu, secara serempak para sesepuh, aktivis, dan simpatisan NU menghawatirkan amandemen UUD 1945 yang kemudian menjadi pemicu liberalisasi dan swastanisasi serta adanya gejala mengubah ideologi Pancasila. (nam)