Jakarta, NU Online
Keberadaan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang merupakan tempat berkumpulnya para ulama dunia yang dikoordinasikan oleh NU telah banyak membantu diplomasi luar negeri pemerintah Indonesia.
Ketua Umum PBNU yang sekaligus sekjen ICIS KH Hasyim Muzadi baru-baru ini menuturkan bahwa selama ini, pemerintah mengalami kesulitan untuk menghubungi para ulama berpengaruh di berbagai negera.
<>“Para dubes kesulitan untuk melakukan kontak dengan para ulama secara langsung yang menjadi key person, paling-paling hanya dalam acara seremonial,” tuturnya baru-baru ini.
Disinilah peran ulama menjadi penting. Jaringan para ulama ini memudahkan para diplomat karena mereka bisa menjadi mediator untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang menyangkut ummat.
Keberadaan ICIS juga penting menyangkut hubungan dengan dunia Barat. Kiai Hasyim menjelaskan selama ini Indonesia merupakan negera dengan penduduk mayoritas muslim sehingga dipersepsikan para diplomatnya faham tentang Islam, padahal tidak semuanya demikian.
“Di Barat, para dubes tak selalu bisa menjelaskan tentang Islam, sementara negera Barat menganggap mereka sebagai wakil Islam. Disinilah peran ulama untuk mendampinginya,” tandasnya.
Ditambahkannya keberadaan ICIS juga mengisi kekosongan upaya diplomasi peope to people atau second track diplomacy. Selama ini keberadaan Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam pengambilan keputusannya lebih banyak diwarnai kepentingan politik masing-masing negera yang mungkin berbeda-beda sementara para ulama tak ada yang lain kecuali untuk ummat.
“Barat hanya bisa menguasai negara sebagai institusi. Para ulama sebagai pemimpin ummat tidak bisa dipengaruhi,” paparnya.
Dengan peran strategis yang saat ini belum bisa digantikan oleh fihak lain, Kiai Hasyim mengungkapkan kini banyak fihak yang memberikan apresiasi terhadap keberadaan ICIS dan mencoba mengajak bekerjasama dalam berbagai bidang.
Kiai Hasyim yang juga salah satu presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) menjelaskan ICIS akan menyelenggarakan konferensi internasional yang ke III pada tahun 2008 dengan tema Agama sebagai Resolusi Konflik. Setelah itu, diharapkan kegiatan terus berkembang diberbagai negera dengan bidang-bidang yang digarapnya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
4
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
5
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua