Warta Tim Penanggulangan Bencana NU

Ikhlas, Tak Sebar Selebaran dan Pasang Bendera

Rabu, 7 Februari 2007 | 11:15 WIB

Jakarta, NU Online
Berbagai bantuan yang diberikan oleh Tim Penanggulangan Bencana NU kepada korban banjir di Jakarta diberikan secara tulus dan ikhlas, tak perlu embel-embel popularitas dengan menyebar selebaran dan pasang banyak bendera di posko.

“Kami tak ada niat lain, hanya ingin menolong masyarakat yang terkena banjir, tak ingin mencari popularitas. Kami menunjukkan identitas NU secukupnya saja,” tandas Avianto Muhtadi, koordinator tim kepada NU Online, Rabu.

<>

Dalam bencana yang terjadi belakangan ini, banyak partai politik atau ormas yang memberikan bantuan kepada masyarakat, tapi dalam misi mereka, selalu diiringi dengan berbagai bendera besar-besar di posko atau menyebarkan selebaran tentang keberadaan organisasi mereka. Kadang bantuan sifatnya hanya seremonial, melakukan serah terima bantuan dengan mengundang wartawan, lalu tak ada bekasnya lagi.

Dari pengalamannya di lapangan dalam penanganan banjir di Jakarta ini, fenomena tersebut masih kental terlihat. Salah satu aktivis dari parpol yang dikenal cukup intens memberikan bantuan menanyakan kepadanya “Selebarannya mana mas?”. Demikian pula, saat mobil PBNU datang, selalu ditanyakan oleh posko lain bantuan apa saja yang diberikan.

Pemberian bantuan dalam penanganan bencana saat ini tampaknya banyak yang tak tulus lagi. Berbagai bendera yang dipasang di posko yang didirikan disekitar lokasi bencana lebih mirip arena kampanye. Pemberitaan di media massa yang dibesar-besarkan juga menunjukkan adanya kepentingan tertentu dibalik bantuan tersebut.

Tak Pandang Bulu

Dalam membantu masyarakat, Tim dari PBNU juga tak pandang bulu, siapapun mereka, apapun agamanya akan dibantu. Bantuan langsung diberikan kepada korban banjir yang belum terjangkau oleh relawan lain. Dengan sigap, relawan NU dan banser masuk ke gang-gang yang belum dimasuki relawan lainnya, padahal sangat memerlukan bantuan. Selama ini, posko lebih banyak didirikan dijalan besar yang mudah diakses, padahal banyak korban banjir yang ada di gang-gang yang susah diakses. Mereka tak mau jauh-jauh dari rumah untuk menjaga harta yang mereka miliki.

Anggota Banser pun rela menerjang banjir dan untuk menggendong orang tua yang sakit akibat keterbatasan perahu karet yang tersedia. Menurut Avianto, dari 30 perahu karet milik pemerintah, 16 buah bocor ketika digunakan dalam evakuasi. “Kita usahakan dimasa mendatang kita bisa membeli perahu. Ini sangat penting untuk membantu kelancaran proses evakuasi korban banjir,” tambahnya. (mkf)