Warta

Indonesia Layak Menjadi Pemimpin Dunia Islam

Jumat, 28 Desember 2007 | 10:38 WIB

Jakarta, NU Online
Dengan berbagai potensi dan sumberdaya yang dimilikinya, Indonesia memiliki potensi menjadi pemimpin dunia Islam dimasa mendatang, tentu saja jika kebijakan yang dibuatnya bisa mengatur hubungan antara negara dan agama dengan baik dan mendorong kemajuan bangsa.

Beberapa keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah wilayahnya sangat luas, penduduk muslimnya paling besar, kekayaan alamnya beraneka ragam, sampai dengan sistem demokrasinya paling lumayan dibandingkan dengan negara Islam lainnya.

<>

Berbagai negara muslim lainnya sebenarnya juga memiliki potensi, namun banyak hambatan yang harus mereka hadapi sehingga mempersulit posisinya.

“Negara Arab sulit, mereka sendiri sulit mengatur dirinya masing-masing. Kita juga repot, tetapi mereka lebih repot lagi,” kata Ketua PBNU Masdar F. Mas’udi dalam dialog Islam dan Negara di kantor Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Kamis (28/12).
 
Demikian pula dengan Turki yang pernah menjadi pusat kekhalifahan Islam terakhir di dunia. Meskipun negara Islam yang paling modern, tetapi terdapat faktor psikologi politik yang ditanggungnya.

“Pemimpin dunia Islam harus benar-benar independen dari dunia Barat dan poros peradaban lainnya. Kalau masih subordinat tidak bisa menjadi leader. Sejauh Turki masih memimpikan menjadi bagian dari Eropa, ia tidak pernah menjadi pemimpin dunia Islam,” katanya.

Masdar menuturkan semasa menjadi ketua parlemen Erdogan pernah mendrop draf UU tentang perzinaan dengan definisi hubungan seks diluar nikah, namun ditolak oleh Uni Eropa sehingga ia memerintahkan partainya untuk mendrop draf ini.

“Ini persoalan kecil tapi mensimbolkan betapa ia secara kultur subordinate terhadap Eropa. Kalau dunia Islam ingin sejajar dengan poros dunia lain, tidak bisa begitu,” katanya.

Iran menurutnya telah mengalami kemajuan yang luar biasa dan saat ini cukup independent dengan dunia Barat, persoalannya adalah sebagai negara Syiah yang merupakan minoritas muslim sehingga sulit memimpin Islam.

Negara tetangga, Malaysia saat ini sudah cukup maju, tetapi terlalu keci sehingga Indonesialah yang menjadi kandidat yang cukup kuat untuk menjadi pemimpin dunia Islam. “Saya kira Indonesia, kalau bisa mencari jalan yang bijak menyangkut hubungan agama dan negara. Inilah yang harus diperkaya oleh kita semua,” tandasnya.

Islam Indonesia, menurutnya bukan satelit kalau pola nahdliyyin yang digunakan. Yaitu Islam yang berkelindan dengan tradisi lokal sehingga tidak menjadi subordinat dari Islam dimanapun. “Kalau menjadi leader Islam tetapi subordinate kan tidak lucu, harus leading juga,” tandasnya. (mkf)