Warta

Kiai Nuril Huda: Saatnya Meniru Kesederhanaan Nabi

Senin, 26 Maret 2007 | 08:09 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mengingatkan para pemimpin negeri ini untuk mengikuti teladan penting dari Nabi Muhammad SAW yakni gaya hidup yang sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan akan mengangkat martabat manusia.

”Para pemimpin harus kembali kepada ajaran Nabi, tidak terlena oleh kemegahan duniawi. Tidak pandang bulu apakah pemimpin formal atau non formal. Para pemimpin harus memberikan uswatun hasanah, contoh yang baik, saat ini juga,” kata kiai Nuril di gedung PBNU, Jakarta, Senin 26/3) di sela-sela persiapan acara ”Tabligh Akbar Nasional dan doa Bersama untuk Bangsa” menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan digelar di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Jl. Kemayoran, Jakarta Selatan pada 6 Mei 2007 mendatang.

<>

Dikatakan, pada saat negeri ini dilanda kemiskinan sedianya para pemimpin menunjukkan gaya hidup sederhana, sebagai ekspresi keperihatinan, atau minimal simbol sebagai rasa bersalah atas ketidakmampuan menyejahterakan sebanyak mungkin rakyat yang dipimpinnya. ”Tidak etis kalau para pemimpin mendemonstrasikan kemewahan pada saat kondisi kita seperti ini,” tegas Kiai Nuril.

”Kata sosiolog Ibnu Khaldun, sebenarnya mengatur rakyat itu gampang. Tinggal pemimpinnya menunjukkan perilaku yang baik di hadapan rakyat, maka rakyat akan mengikut sendiri apa yang dimaui pemimpin,” lanjutnya.

Menurut Kiai Nuril, para pemimpin negeri ini, termasuk pemimpin keagamaannya, dibuat gamang oleh arus globalisasi yang menawarkan gaya hidup konsumtif, serba ada dan serba memiliki. Para pemimpin selama ini lebih merasa asyik meniru gaya hidup yang dipertontonkan dalam tayangan iklan media massa oleh para artis, dari pada menjalankan tanggungjawab sebagai pemimpin.

Padahal para pemimpin harus mendahulukan kepentingan umat. ”Maka saatnya meniru kesederhanaan Nabi. Jika perlu memakan sisa-sisa makanan para orang-orang bawahan,” kata kiai Nuril sembari mengutip satu riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar beserta pengawalnya sempat kehabisan bahan makanan dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah. Saat itu Nabi hanya mendapatkan segelas susu dari hewan gembala seorang ibu bernama Ummi Ma’bad. Susu itu lalu diminum oleh Abu Bakar, lalu sisanya untuk pengawalnya, dan sisanya lagi baru diminim oleh Nabi sendiri. ”Itulah pemimpin yang melayani umat,” kata Kiai Nuril. (nam)