Warta

Kiai Tholhah Dikukuhkan sebagai Profesor

Sabtu, 17 Maret 2007 | 07:14 WIB

Malang, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Dr. Muhammad Tholhah Hasan memperoleh gelar tertinggi akademik dan dikukuhkan menjadi guru besar (profesor) bidang Ilmu Pendidikan Islam di Universitas Islam Malang (Unisma), hari ini, Sabtu (17/3).

Pada acara pengukuhan yang dihadiri Menteri Agama RI Maftuh Basyuni itu, Tholhah Hasan juga diberi kejutan dengan diterbitkannya buku yang mengupas tentang dirinya sejak awal berkiprah di dunia pendidikan hingga saat ini. Buku tersebut ditulis bersama oleh Prof.Dr.Mudjia Raharja, M.Si, Mas’ud Said, Dr.Masykuri Bakri dan Muhammad Irfan.

<>

Dalam pidato ilmiah berjudul "Membangun Citra Peradaban Islam Melalui Pendidikan", Kiai Tholhah mengakui, perkembangan peradaban Barat memang lebih maju dibandingkan peradaban Islam, apalagi jika indikator ukurannya berupa ekonomi, teknologi serta stabilitas sosial politik.

"Dengan ukuran fisik material itu, kemajuan peradaban Barat memang tidak terbantahkan. Namun kemajuan itu telah menelantarkan dunia hingga diambang pintu krisis global yang bisa dilacak secara langsung pada cara pandang dunia barat yang diterapkan selama ini," katanya.

Dikatakannya, memahami peradaban barat dengan segala kerapuhan fondasinya, telah menyadarkan para pemikir dan ulama Islam dalam menggunakan peluang besar untuk membangun peradaban alternatif yang berdimensi iman, moral dan spiritual, disamping teknologi.

Akan tetapi, kata Mantan Menteri Agama RI di era Presiden Gus Dur itu, ada kelompok yang sengaja memarginalkan peradaban Islam di tengah-tengah kehidupan modern, dengan membangun "image" bahwa peradaban Islam itu intoleran, masyarakat Islam umumnya egoistik dan tidak bisa hidup bersama dengan masyarakat non muslim.

Namun demikian tidak sedikit orang melihat peradaban Islam sebagai peradaban besar yang eksis, bahkan ada indikasi menguat dan akan menjadi peradaban alternatif disamping peradaban Konfusianis.

Kiai Tholchah mengakui, memang masih banyak kelemahan umat Islam dan peradabannya, seperti kemiskinan yang mencapai 50 persen, perpecahan dikalangan umat Islam serta berebut kepentingan kelompok dan hegemoni kekuasaan.

Oleh karena itu, di tengah persaingan global saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ikon peradaban dengan tidak menghilangkan ketaqwaan dan moral bagi umat yang beriman, tidak mungkin dapat dicapai dengan baik, tanpa melalui pendidikan sebagai sistem atau institusi.

"Kunci jawaban yang dapat membangun citra peradaban Islam  di era globalisasi yang penuh persaingan sekarang ini adalah pendidikan yang berkarakter dinamis, relevan, profesional dan kompetitif," katanya. (ant/han)