Warta

Lesbumi Berkewajiban Lakukan Counter Balik Kesenian

Sabtu, 14 Juli 2007 | 02:06 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagai lembaga yang membidani kebudayaan dan kesenian di lingkungan NU, saat ini Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) berkewajiban untuk melakukan counter balik dengan menampilkan kesenian yang menyampaikan pesan moral dan Islami.

Demikian diungkapkan oleh Wakil Sekjen PBNU H Anas Taher dalam acara pembukaan Gelar Budaya Rakyat yang diselenggarakan oleh Lesbumi dan PCNU Pati di stadion Pati, Jum’at (13/7).

<>

“Lahirnya NU tak lepas dari konteks kebudayaan, karena itu dalam pengembangan kebudayaan dan kesenian, tak boleh lepas dari aspek moral dan nilai-nilai agama,” tuturnya.

Dikatakan oleh ustadz di Ponpes Assidiqiyah Jakarta tersebut bahwa saat ini PBNU prihatin dengan berbagai kesenian yang muncul di media yang hanya menonjolkan aspek seks, kekerasan dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran agama.

Menurutnya, kesenian tetap bias dikemas dengan cantik dan dapat menghibur tanpa bertentangan dengan nilai-nilai agama yang ada. “Lesbumi harus mampu mengembangkan kesenian dengan pesan keagamaan, tapi tetap popular sehingga ada keseimbangan,’ imbuhnya.

Sementara itu Ketua Lesbumi Sastrow Al Ngatawi seusai acara menjelaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap pengembangan kebudayaan dan kesenian saat ini sangat rendah sehingga kreatifitas para seniman kurang bisa teraktualisasi dengan baik.

“Kalau anggaran dari Pemda Kabupaten untuk kesenian setahun hanya 35 juta, ini bisa apa, untuk sewa panggung dalam satu kali pentas saja tidak cukup,” tandasnya.

Meskipun begitu, ia tidak menyebut angka tertentu yang ideal bagi kesenian, yang jelas, harus sesuai dengan kebutuhan pengembangan kesenian di daerah karena tidak semua pemda menaruh perhatian yang memadai terhadap bidang kesenian dan kebudayaan.

Berkaitan dengan seni tradisional, mantan asisten pribadi Gus Dur ini berpendapat bahwa seni adalah sesuatu yang hidup sehingga sebuah bentuk kesenian juga harus dinamis menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat.

Ia mencontohkan, saat ini telah dikembangkan wayang simphoni, yaitu kolaborasi antara wayang dengan orkes simphoni dengan penggunaan peralatlan audio visual yang canggih untuk menggambarkan adegang-adegang dalam lakon pewayangan yang memungkinkan para penonton lebih bisa menikmati pertunjukan tersebut.(mkf)