Warta

LPKNU Latih Santri Cegah dan Rawat Penderita Narkoba

Selasa, 15 November 2005 | 12:51 WIB

Jakarta, NU Online
Narkoba saat ini telah menjadi ancaman bagi semua pihak. Tak hanya di daerah perkotaan yang mudah aksesnya, daerah pedesaan bahkan pegunungan pun sekarang ini sudah dirambahnya. Tak heran banyak sekali korban yang berjatuhan. Indonesia juga telah menjadi salah satu produsen ecstasy no 3 terbesar di dunia yang untung saja terungkap.

Melihat kondisi ini, Lembaga Pelayanan Kesehatan NU (LPKNU) bekerjasama dengan The Colombo Plan tak mau tinggal diam. Berbasiskan ulama dan pesantren, upaya pencegahan dan perawatan dilakukan dengan melibatkan para kyai dan santrinya. Mereka melakukan workshop dengan tema “Pesantren based Prevention and Aftercare Programme for Indonesia Workshop on Enhancement of Life Skill in Drug Abusse Provention” yang dilaksanakan di PP Assidiqiyah Jakarta pada 15-18 November 2005. 15/11).

<>

“Kyai merupakan figure yang memiliki pengaruh dalam masyarakatnya dan mereka memiliki komitmen kuat untuk menghilangkan penyalahgunaan Narkoba,” tandas Direktur Drug Advisory Programme Colombo Plan Tay Bian How sesaat setelah acara pembukaan.

Selama 4 hari tersebut para 36 peserta yang datang dari 12 pesantren tersebut akan dilatih materi-materi berupa konsep dan strategi untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba, orientasi, pengambilan keputusan, keyakinan diri, pengenalan Narkoba, keahlian komunikasi, sampai dengan praktik dan rencana aksi di masing-masing pesantrennya.

Masing-masing pesantren diminta mengirimkan tiga orang peserta yang salah satunya merupakan guru sedang dua orang lainnya adalah santri senior yang diharapkan dapat menularkan pengetahuannya kepada teman di lingkungannya. “Guru diikutkan karena mereka yang membuat kebijakan di sekolah sehingga memudahkan pelaksanaan program,” tandas Dr. Dedy dari LPKNU. Beberapa pesantren yang dilibatkan adalah Cipasung Tasikmalaya, Krapyak Jogjakarta, Al Hikam Malang.

PP Assidiqiyah digunakan sebagai tempat pelatihan karena Jakarta merupakan salah satu kota dengan jumlah penyalahgunaan narkoba yang besar. Saat ini pesantren yang dipimpin oleh KH Nur Iskandar SQ tersebut juga telah memiliki pusat rehabilitasi Narkoba.

Program ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Sebelumnya pesantren-pesantren tersebut diundang ke Malaysia pada Desember 2004 lalu untuk mengikuti seminar internasional tentang Narkoba.

Workshop selanjutnya dilakukan di Jakarta pada 10 Agustus 2005 yang diperuntukkan bagi para kyai dan pembuat kebijakan di pesantren. Mereka diperkenalkan pada kelompok-kelompok orang yang memiliki resiko tinggi pada penyalahgunaan Narkoba dan bagaimana penyelesaiannya. Pesantren Krapyak merupakan salah satu pesantren yang juga sudah memiliki klinik anti Narkoba.(mkf)