Lukman Hakim Saifuddin: Berpolitik Harus Tetap Menggunakan Moral
NU Online · Kamis, 27 Januari 2011 | 11:56 WIB
Politik adalah seni memperjuangkan kepentingan, yang harus dimaknai dalam arti yang luas. Di mana setiap orang pasti memiliki kepentingan, terlepas apa pun nilainya. Tidak ada urusan di dunia ini yang steril dari urusan politik. Jangankan dalam tingkat bangsa, di lingkup keluarga terkecil pun ada kepentingan-kepentingan tertentu.
Demikian dinyatakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Lukman Hakim Saifuddin dalam diskusi rutin dengan Redaksi NU Online di Gedung PBNU Lt.5 Jl. Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (27/1) sore. Menurut Lukman, dalam berpolitik seseorang atau sekelompok orang dan partai, harus tetap menggunakan moral sebagai acuan kebijakan dan tindakannya.
>
"Ajaran tentang nilai-nilai baik dan buruk yang dapat diterima secara umum adalah bentuk moralitas. Ajaran-ajaran inilah yang merupakan dasar dari tindakan seseorang atau sekelompok orang di tengah-tengah komunitas yang lebih besar," tutur Lukman.
Lebih lanjut Lukman menjelaskan, dalam konteks politik Indonesia, cara memperjuangkan kepentingan harus tetap dilakukan dalam koridor-koridor universal keagamaan. Meski demikian, memang banyak sekali distorsi dalam tingkat implementasinya.
"Banyak sekali di antara mereka yang berpolitik, bukan sekedar politisi di partai politik, termasuk tokoh agama, orientasinya semata-mata karena keduniawian atau material semata. Sehingga menjadi pragmatis dan mudah menghalalkan segala cara," ungkap Lukman.
Selain itu, lanjut Lukman, terdapat juga faktor eksternal karena rapuhnya sistem perpolitikan di Indonesia. Faktor-faktor eksternal ini antara lain adalah kepentingan-kepentingan partai, kepentingan negara dan lain-lain.
"saya sendiri, selalu dasarnya agama. Meski tentu banyak sekali pertentangannya, termasuk secara intern" tandas Lukman. (min)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
4
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
5
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua