Yogyakarta, NU Online
Festival Seni Berbasis Religi (FSBR) yang diprakarsai Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta patut dilanjutkan dan dikembangkan di tahun-tahun mendatang. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan umat dan menjaga ketenteraman batin masyarakat di wilayah Yogyakarta.
Dalam pandangan pemerhati budaya yang juga Sekretaris Lembaga Seni Budaya Pengurus Wilayah Muhammadiyah DIY, Mustofa W Hasyim, mewujudkan kebersamaan dari beragamnya kelompok penganut agama maka melalui jalur kesenian dan kebudayaan sangat efektif dilakukan.
<<>font face="Verdana">"Yogya sebagai daerah yang multikultur dan multiagama harus mengembangkan pola kebersamaan. Dan yang paling mungkin dan mudah untuk dilakukan adalah lewat jalur seni. Dengan seni dan budaya pintu toleransi sangat mudah terbuka dan kecil risiko. Inilah nilai-nilai luhur yang sudah ditanamkan sejak zaman Raja Mataram dari Sultan HB I hingga sekarang," ujar Mustofa
kepada KR saat berada di kantor PWNU DIY Jl MT Haryono, Selasa (4/9). Menurutnya, festival seni berbasis religi merupakan wujud dari kebersamaan dan ingin tetap menjaga toleransi dari multikultur yang ada di Yogya. Karenanya Muhammadiyah melalui lembaga seni budayanya sangat mendukung kegiatan tersebut.
Dalam acara yang akan dibuka pada hari Jumat besok (7/9), Muhammadiyah berpartisipasi mengisi kegiatan seni dengan mengerahkan kalangan pelajar dan senimannya. Sejumlah kegiatan yang dilibatkan yaitu drum band anak-anak SD dan SMP, seni laras madya dari Nitikan, macapatan/geguritan dan puisi humor, seni bela diri tapak suci dan lainnya.
Sebenarnya, kata Mustofa, dalam lingkungan Muhammadiyah cukup banyak seni yang dikembangkan baik yang bersifat trafisional religius maupun modern. Sebagai contoh seni bela diri tapak suci yang asalnya dari Banjarnegara kini masih terus dilestarikan. Laras madya atau macapatan sebagai kegiatan seni yang mengandung nasihat-nasihat agama.
Ada lagi seni Srandul yaitu lantunan lagu-lagu bernuansa Islam, wayang tingklung dan salawat aqoid. "Kegiatan melestarikan seni tradiional tersebut hingga kini masih dijaga. Tapi paling banyak warga Muhammadiyah senang di musik," ujar Kang Mus, panggilan akrab Mustofa W Hasyim.(cdr)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
5
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua