Warta

Nisfu Sya'ban di Malam Gerhana

Jumat, 8 September 2006 | 02:20 WIB

Jakarta, NU Online
Umat Islam di Indonesia merayakan malam Nisfu Sya’ban atau malam pertengahan bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam sistem penaggalan bulan atau Hijriyah, Kamis (7/9) tadi malam, di tengah gerhana bulan. Sebagian permukaan bulan memasuki daerah bayang-bayang Bumi (umbra) sehingga terjadilah gerhana bulan sebagian.

“Gerhana bulan terlihat antara pukul 01.05 sampai 02.38 WIB. Sebenarnya sudah terjadi mulai pukul 23.42 sampai 04.00 WIB. Namun baru bisa disaksikan oleh mata orang awam di semua kawasan di Indonesia pada dini hari,” kata Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH. Ghazali Masroeri.

<>

Di tahun 2006 ini telah terjadi empat gerhana, yaitu gerhana bulan penumbra pada 14 Maret 2006, gerhana matahari total pada 29 Maret 2006, gerhana bulan sebagian pada 7 September 2006, dan diperkirakan akan terjadi gerhana matahari cincin pada 22 September mendatang.

Dikatakan, gerhana terjadi pada saat yang hampir bersamaan dengan saat bulan berada di perige, yaitu jarak terdekat bulan dengan Bumi. Tadi malam bulan berada pada perige (~357.170 km) dari bumi pada tanggal 8 September 2006 pukul 10:08 WIB. Jarak tersebut merupakan jarak perige terdekat pada tahun 2006 ini.

Nisfu Sya’ban

Sementara itu seperti biasa umat Islam di Indonesia mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan membaca doa Nisfu Sya’ban. Diriwayatkan bahwa Allah SWT turun pada malam Nishfu Sya'ban ke langit dunia dan akan mengampuni manusia lebih dari jumlah banyaknya bulu kambing dan anjing.

Di Masjid Arrahman, Pasir Putih, Depok, warga membaca doa Nisfu Sya’ban setelah selesai mengerjakan Shalat Maghrib secara berjamaah. Di Masjid Al-Bina, Pintu 1 Senayan, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, umat Islam mendengarkan ceramah Nisfu' Sya'ban dan hikmah-hikmah bulan Sya'ban secara khusu'.

Umat Islam meminta kepada Allah untuk mendapatkan ketetapan iman dan diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan yang akan tiba setengah bulan lagi. Doa Nisfu Sya’ban didahului dengan pembacaan Surat Yasin sebanyak tiga kali.

Malam harinya, saat bayang-bayang bumi mulai menutupi bulan dan terjadilah sebuah gejala alam umat Islam bersiap-siap mengadakan shalat gerhana bulan (shalat husuf) dua rekaat secara berjamaah.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, gerhana bulan (dan juga matahari) merupakan tanda keagungan Allah dari sekian ayat-Nya; sebagai isyarat alam dan terjadi bukan karena kehendak manusia. Umat Islam lalu diperintahkan untuk berdoa, bertakbir, shalat dan bersedekah. (nam)