Warta

NU ‘Diserang’ GAM

Kamis, 6 September 2007 | 09:39 WIB

Banyuasin, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) harus benar-benar waspada. Karena, organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu, saat ini sedang diserang GAM, kata Pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, KH Nur Muhammad Iskandar.

Namun, menurutnya, GAM yang dimaksud bukanlah kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka, melainkan Gerakan Anti-Maulid. Gerakan yang dipelopori kelompok Islam garis keras itu, katanya, selalu berusaha menfitnah NU sebagai ahli bid’ah (mengada-ada dalam beribadah) dan khurafat (khayalan).<>

Kiai Nur, demikian panggilan akrabnya, mengatakan hal itu di hadapan para peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional VI Antar-Pondok Pesantren se-Indonesia di Pondok Pesantren Sabilul Hasanah, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (5/9) malam.

Ia menjelaskan, kelompok Islam garis keras itu tak henti-hentinya ‘mengkampanyekan’ bahwa ajaran dan amalan-amalan ibadah yang sudah menjadi tradisi NU, seperti, peringatan Maulid Nabi, tahlilan, ziarah kubur, dan sebagainya, adalah sesat karena dinilai tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad.

“Mengapa tahlil, Maulid Nabi, ziarah kubur yang selalu dipersoalkan? Padahal masih banyak persoalan yang dihadapi bangsa ini yang lebih patut dan harus dipersoalkan, seperti penyakit korupsi, masalah kemiskinan, dan lain-lain. Mengapa itu tidak dipersoalkan,” kata Kiai Nur lantang.

Tak hanya itu. Menurutnya, pesantren pun, oleh kelompok Islam garis keras itu, kerap disebut-sebut sebagai tempat penyebaran ajaran-ajaran yang dianggap bid’ah dan sesat tersebut.

“Ada upaya de-pesantren-isasi dan de-NU-isasi. Padahal, sejak jauh sebelum Republik ini berdiri hingga saat ini, NU dan pesantren selalu tampil mengambil posisi terdepan dalam menjaga negara ini,” terang Kiai Nur.

Penilaian-penilaian bernada negatif itu, ujarnya, terasa begitu menyakitkan bagi NU. Namun demikian, NU tak pernah memberikan reaksi secara berlebihan, apalagi menggunakan cara-cara kekerasan, dalam menghadapinya. Hal itu, katanya, karena NU dikenal moderat sebagai prinsip dari nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah.

“Islam Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan benteng yang paling kokoh, benteng yang paling kuat bagi Islam, terutama Islam Indonesia. Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, seperti Islam yang berkembang di Asia dan terbesar di Indonesia, merupakan Islam yang rasional, tidak emosional,” terangnya. (rif)