Warta PENENTUAN AWAL SYAWAL 1428 H

NU Tidak Berhadapan dengan Muhammadiyah

Kamis, 11 Oktober 2007 | 01:15 WIB

 

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH Ghazalie Masroeri menyatakan, opini yang berkembang di masyarakat selama ini bahwa NU sering berseteru dengan Muhammadiyah dalam penetapan awal Ramadhan dan Syawal perlu diluruskan.

"NU tidak berhadapan dengan Muhamamadiyah. Kalau pendekatannya Ormas (organisasi islam, red) maka Muhammadiyah juga berbeda dengan organisasi Persis dan yang sama-sama mengumumkan lebih dulu," kata Ketua pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH Ghazalie Masroeri dalam rapat persiapan rukyatul hilal di pos utama pelaporan hasil rukyat, kantor Redaksi NU Online lantai V gedung PBNU J<>akarta, Rabu (10/10).

"Pandangan NU juga sama dengan organiassi Jam'iyatul Wasliyah, Matla'ul Anwar, dan Dewan dakwah, yakni yakni tidak mengumumkan lebih dulu. Jadi permasalahanya adalah sebagian besar ormas menunggu dan berpartisipasi untuk suksesnya sidang itsbat dan organisasi lainnya mengumumkan sendiri," tambahnya.

Dikatakan, untuk penetapan awal Syawal tahun ini NU tetap menunggu hasil sidang itsbat (penetapan) yang dilakukan Departemen Agama Republik Indonesia bersama seluruh organisasi Islam di Indonesia pada Kamis (11/10) petang. Departemen Agama dalam hal ini mewakili pemerintah (ulul amri).

NU tidak mempunyai hak itsbat, namun hanya mengumumkan (ikhbar) hasil sidang itsbat. "Karena I Syawal itu untuk semua umat muslim maka ajaran dari NU menyatakan bahwa hanyalah pemerintah yang punya wewenang menetapkan," kata Kiai Ghazalie Masroeri.

Ditambahkan, sejak zaman kemerdekaan penetapan awal Ramadhan dan Syawal dilakukan oleh pemerintah. "Bahkan itu sejak zaman penjajahan Jepang (dulu dilakukan oleh pejabat agama), dan itu sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah SAW bahwa beliau sebagai kepala negaralah yang menetapkan," katanya.

Opini lain yang juga perlu diluruskan adalah bahwa NU menetapkan awal bulan dengan berdasar pada rukyat, sementara Muhammadiyah berdasar pada hisab. Dikatakan, NU juga mengunakan hisab, bahkan untuk perhitungan awal bulan tahun ini sudah dihitung (dihisab) sejak dua tahun yang lalu.

"Perhituingan hisab dilakukan oleh tim yang terdiri dari pakar ahli hisab dan astronomi. Hanya saja NU menempatkan hisab itu harus dibuktikan dalam kenyataan di lapangan. Bagi NU hisab sebagai instrumen untuk mendukung hisab yang rukyat itu ditunjukkan oleh Rasulullah SAW," pungkas Kiai Ghazalie. (nam)