Warta PENENTUAN AWAL SYAWAL 1428 H

LFNU Adakan Rukyatul Hilal di 35 Titik

Rabu, 10 Oktober 2007 | 09:45 WIB

Jakarta, NU Online
Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) akan mengadakan rukyatul hilal bil fi’li atau melihat bulan secara langsung untuk menentukan awal Syawal 1428 H (Idul Fitri) di sedikitnya 35 titik rukyatul hilal seluruh Indonesia. Pos utama pelaporan hasil rukyat berada di lantai V gedung PBNU, Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, tepatnya di kantor redaksi NU Online.

Ketua Pengurus Pusat LFNU KH Ghazali Masroeri dalam rapat persiapan rukyatul hilal di kantor Redaksi NU Online menyatakan, rukyatul hilal akan tetap dilaksanakan meski berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh para ahli ilmu hisab pada tanggal 29 Ramadhan (11 Oktober) hilal (bulan sabit) belum bisa dilihat atau belum memenuhi kriteria imkanur rukyat.

<>

35 titik rukyat itu berada di Banyuwangi, Jember, Situbondo, Probolinggo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Blitar, Malang, Bangkalan, Pamekasan, Rembang, Jepara, Semarang, Batang, Tegal, Purworejo, Kebumen, Cilacap, dan Yogyakarta, Lebak, Cilegon, Pantai Anyer, Pelabuhan Ratu, Banjar, Bandung Kota, Jayapura, Ternate, Gorontalo, Kendari, dan Makassar. Beberapa daerah yang disebut bahkan mempunyai mempunyai lebih dari satu titik atau lokasi rukyat.

“Rukyatul hilal tetap dilaksanakan karena selain untuk mementukan awal bulan setidaknya ada tiga tujuan kita melakukan itu. Pertama, dengan mengamati benda-benda langit itu dapat menguatkan keimanan kita. Kedua, kita melakukannya dengan ta’abbudi atau beribadah sesuai dengan perintah Rasulullah SAW. Ketiga, untuk menambah ilmu pengetahuan sebagai semacam observasi ilmiah,” kata Kiai Ghazali.

Data Almanak PBNU berdasarkan hasil hisab Pengurus LFNU menunjukkan ijtima' atau konjungsi atau bulan baru terjadi pada Kamis Legi, 11 Oktober 2007 pukul 11.52 WIB. Sementara itu hilal masih berada pada ketinggian 0 derajat 28 menit. Letak Matahari terbenam 07 derajat 13 menit selatan titik barat, kedudukan hilal 4 derajat 09 menit selatan matahari, keadaan hilal miring ke selatan, lama hilal di atas ufuk 2 menit 56 detik, cahaya hilal 1/6 jari.

Menurut Kiai Ghazali, pada ketinggian 0 derajat hilal belum bisa dilihat. Berdasarkan kesepakatan sementara para ahli astronomi, paling tidak hilal atau bulan sabit terlihat (imkanur rukyat) ketika berada pada ketinggian 2 derajat di atas ufuk. Hilal atau dalam bahasa astronomi disebut crescent memang adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi.

Namun begitu, laporan hasil rukyatul hilal akan tetap terima dan diklarifikasi tingkat akurasinya. Masih dimungkinkan hilal dapat dilihat pada Kamis petang itu meski dengan persyaratan yang super ketat. "Karena ilmu itu berkembang," kata Kiai Ghazali.

Sementara itu, lanjutnya, sedikitnya 19 macam motode hisab yang ada di Indonesia juga tidak satu pun ditemukan hasil bahwa hilal sudah dapat dilihat atau imkanur rukyat. NU berpegang pada qaul ulama bahwa jika para ahli hisab sepakat hilal belum bisa dirukyah maka laporan adanya hilal jelas-jelas tidak dapat diterima.

Namun begitu, tandas Kiai Ghazali, rukyatul hilal tetap dilaksanakan. Selain alasanpelaksanaan rukyatul hilal di atas, dinyatakan bahwa istiqmal atau penyempurnaan awal bulan Ramadhan menjadi tigapuluh hari hanya boleh dilakukan setelah rukyatul hilal tetah berhasil dilakukan dan telah terbukti hilal tidak terlihat.

Sementara itu kepastian mengenai awal bulan Syawal baru bisa didapat setelah rukyatul hilal selesai dilakukan di semua titik dan kemudian dikukuhkan dalam siding itsbat bersama seluruh ormas Isam di kantor Departemen Agama Republik Indonesia di Jakarta pada Kamis petang. Sidang itsbat diperkirakan selesai pada pukul 19.00 WIB. (nam)